JAKARTA – Menjelang akhir hidup, banyak orang tidak lagi memikirkan hal-hal duniawi seperti harta, jabatan, atau pencapaian besar.
Sebaliknya, mereka merenungkan kehidupan telah dijalani dan tidak sedikit yang merasa menyesal, karena melewatkan kesempatan untuk hidup dengan lebih bermakna.
“Banyak yang berharap bisa lebih sering menunjukkan cinta dan memaafkan, serta menggunakan kata-kata terakhir mereka untuk mengungkapkan penghargaan terhadap orang-orang terkasih dalam hidupnya,”ungkap ahli onkologi Siddhartha Mukherjee di Universitas Pennsylvania, seperti dilansir dari laman CNBC Make It, Sabtu, 12 Juli.
Namun, ada juga orang-orang yang menyesal karena tidak cukup melakukan sesuatu untuk diri sendiri, menurut Bronnie Ware, mantan perawat pasien terminal dan penulis buku The Top Five Regrets of the Dying. Bronnie menghabiskan waktu 8 tahun untuk merawat pasien dengan penyakit serius, banyak di antaranya berakhir dengan kematian.
Ia memperhatikan rasa bersalah dan penyesalan yang diungkapkan oleh para pasien menjelang kematian. Menurutnya, ada pelajaran besar yang bisa dipetik dari hal itu. Hal ini diungkap Bronnie dalam acara radio Inggris The Chris Evans Breakfast Show pada tahun lalu.
Buku Bronnie merinci lima penyesalan yang paling sering diucapkan oleh pasiennya:
1. Saya berharap saya memiliki keberanian untuk menjalani hidup yang sesuai dengan diri saya sendiri, bukan kehidupan diharapkan oleh orang lain.
2. Saya berharap saya tidak terlalu banyak bekerja.
3. Saya berharap saya punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan.
4. Saya berharap tetap menjaga hubungan dengan teman-teman saya.
5. Saya berharap membiarkan diri saya untuk lebih bahagia.
Bronnie mengungkapkan penyesalan menjadi nomor satu yang paling sering diucapkan pasiennya.
“Ketika orang menyadari bahwa hidup mereka hampir berakhir dan melihat kembali dengan jernih, mereka dengan mudah melihat betapa banyak impian yang tidak tercapai,” tulis Bronnie dalam sebuah unggahan blog.
“Kebanyakan orang tidak memenuhi, bahkan setengah dari impian mereka, dan harus menyadari meninggal dengan kondisi pilihan yang dibuat atau tidak diperbuat,” lanjutnya.
Bronnie melihat banyak yang menyesal, karena memilih jurusan kuliah, jalur karier, atau pekerjaan berdasarkan keinginan orang tua. Mereka rela mengorbankan impian menjelajahi dunia demi tetap dekat dengan orang-orang tercinta. Untuk menghindari penyesalan seumur hidup, Bronnie menyarankan agar Anda memprioritaskan minat dan kebahagiaan dalam mengambil keputusan.
Menempatkan pekerjaan di atas segalanya membuat kesehatan mental dan hubungan pribadi jadi sulit dipelihara. Pendiri Microsoft dan miliarder Bill Gates juga belajar hal ini dengan cara yang berat.
“Ketika saya seumuran kalian, saya tidak percaya pada liburan. Saya tidak percaya pada akhir pekan. Saya juga tidak percaya bahwa orang-orang yang bekerja dengan saya seharusnya berlibur,” kata Bill Gates, dalam pidato wisuda di Northern Arizona University pada tahun lalu.
Ia mengaku baru menyadari bahwa hidup itu bukan hanya soal pekerjaan setelah menjadi ayah.
“Jangan tunggu lama menyadari pelajaran ini. Luangkan waktu untuk merawat hubungan. Rayakan keberhasilan. Pulih dari kegagalan. Istirahatlah saat Anda butuh dan bersikap lembutlah pada orang-orang di sekitar saat mereka membutuhkannya juga,” tutur Gates.
Menurut Bronnie, memberikan waktu dan perhatian pada keluarga dan teman, memprioritaskan minat pribadi, serta setia pada diri sendiri, semua itu berperan besar dalam kebahagiaan dan kepuasan hidup. Namun kebanyakan orang baru menyadarinya ketika sudah terlambat.
“Banyak yang tidak menyadari sampai akhir hidupnya bahwa kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Mereka terjebak dalam pola dan kebiasaan lama. Kenyamanan yang semu dari kebiasaan, justru membuat emosi mereka tumpul, padahal jauh di dalam hati, mereka merindukan tawa yang lepas dan keceriaan dalam hidup,” katanya.
“Hidup adalah sebuah pilihan. Itu adalah hidup Anda. Pilihlah secara sadar, pilih dengan bijak, pilih dengan jujur. Pilihlah kebahagiaan.” lanjutnya.
