Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Perindustrian mencatat adanya tren peningkatan permintaan minyak atsiri global. Namun, masih ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi industri lokal.
Inspektur Jenderal Kemenperin, Muhammad Rum menyampaikan tren konsumsi global menunjukkan pergeseran yang signifikan menuju produk-produk berbasis bahan alami dan berkelanjutan. Permintaan terhadap minyak atsiri terus meningkat, terutama dari industri kosmetik alami, aromaterapi, pangan, serta sektor health and wellness yang mengedepankan gaya hidup sehat dan holistik.
“Pada tahun 2024, nilai pasar global mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan diproyeksikan terus meningkat seiring berkembangnya preferensi konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan,” ungkap Rum dalam Pmbukaan Aromatika Indofest 2025, di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (9/7/2025).
Komoditas andalan seperti nilam dan cengkeh yang berasal dari Indonesia telah menjadi tulang punggung industri parfum dan wellness global. Hal ini menjadi peluang besar yang harus dioptimalkan melalui peningkatan daya saing dan nilai tambah di dalam negeri.
Meski ada potensi, industri minyak atsiri nasional masih menghadapi sejumlah tantangan mendasar. Misalnya, kurangnya diversifikasi produk hilir atau hilirisasi.
“Ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan dan berstandar. Terbatasnya akses ke pasar global. Kebutuhan peningkatan kompetensi sumber daya manusia,” ucap dia.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4230158/original/083385300_1668688429-Proses_pengambilan_ekaliptus_untuk_diekstrak_menjadi_minyak_atsiri_di_Kecamatan_Pujon__Malang__Jawa_Timur__Dok._Liputan6_Erik_Erfinanto_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)