9 Meredupnya Kejayaan Pasar-pasar "Legend" di Jakarta… Megapolitan

9
                    
                        Meredupnya Kejayaan Pasar-pasar "Legend" di Jakarta…
                        Megapolitan

Meredupnya Kejayaan Pasar-pasar “Legend” di Jakarta…
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Eksistensi sejumlah pasar legend di Jakarta seperti
Pasar Baru
,
Pasar Gembrong
, hingga
Pasar Ular
kini berada di ujung tanduk.
Ketenaran mereka tak lagi seterang dulu. Kesan ramai juga tak lagi melekat pada ketiga pasar tersebut.
Pasar-pasar legend Jakarta tersebut kini hidup bak hidup setengah nyawa, dan berharap adanya intervensi pemerintah untuk kembali menghidupkan jati diri mereka.
Pasar Baru di Jakarta Pusat, dulu dikenal sebagai pusat perdagangan tertua dan tersibuk di Jakarta.
Namun, eksistensi pasar tersebut kini tampak meredup, jauh dari ingar-bingar aktivitas niaga yang pernah menjadi denyut nadi kehidupan di sana.
Meredupnya eksistensi Pasar Baru dapat dilihat dari pemasangan sejumlah spanduk penyewaan atau penjualan ruko oleh pemilik.
Rudi (46), pemilik toko sepatu kulit, mengaku pasrah dengan kondisi yang terjadi saat ini.
“Kalau tidak buka, siapa yang mau bayar listrik, sewa, gaji karyawan? Tapi pembeli makin sedikit. Yang bertahan di sini cuma yang sudah lama, sudah punya pelanggan tetap,” kata Rudi, Rabu (4/6/2025).
Seorang petugas keamanan, Sandra (46) menyebutkan, pandemi Covid-19 menjadi titik balik yang menghantam roda ekonomi kawasan ini.
Ia menyebutkan, lebih dari 100 unit ruko yang ada, sebagian besar kini tutup atau hanya buka saat momen-momen tertentu, seperti Ramadhan.
“Departement store sekarang cuma buka sebulan pas Ramadhan. Yang lain malah tutup total sejak Covid-19,” ujar dia.
Baharu (59), pedagang uang kuno yang sudah berjualan sejak 1985, turut merasakan langsung dampaknya.
“Kalau sebelum Covid-19, setiap hari pasti ada yang beli. Sekarang, bisa empat hari enggak laku,” ucap dia.
Meski begitu, Baharu tetap memilih bertahan. Ia menjual uang kuno dari berbagai era, termasuk sebelum kemerdekaan, yang sering diburu untuk mahar atau koleksi.
“Saya suka sejarah. Uang kuno ini buat saya bukan cuma dagangan, tapi juga pelestarian budaya,” ujar dia.
Kondisi sama juga dialami Pasar Gembrong, Jakarta Timur. Pasar Gembrong dahulunya dikenal sebagai surga mainan anak-anak, kini hanya hidup setengah nyawa.
Nafas para pedagang seolah sepenuhnya bergantung pada geliat sekolah-sekolah. Sebab, sebagian besar pembeli yang masih datang ke sana adalah pedagang kecil yang menjajakan mainan ke warung dan lingkungan sekolah.
Saat bel istirahat berhenti berdenting dan ruang kelas kosong karena libur panjang, denyut Pasar Gembrong pun ikut meredup.
Harapan para pedagang kecil ikut mengempis, menunggu waktu hingga keramaian anak-anak kembali pulih.
“Kebanyakan pembeli sekarang itu pedagang di sekolahan ataupun warung, hampir 70 persen langganan saya dari sana. Kalau sekolah libur, ya tamat kita, karena napas kita ada di sekolahan,” ujar Agus (57), salah satu pedagang mainan, Senin (23/6/2025).
Agus mengingat, dulu, Pasar Gembrong adalah tempat yang tak pernah tidur. Orang dari segala penjuru datang, termasuk kalangan pesohor, untuk membeli mainan.
Kini, sejak direlokasi akibat proyek Tol Becakayu dan diterpa badai pandemi, pasar itu tinggal bayang-bayang kejayaannya.
“Jauh banget kalau dibandingkan dengan dulu, apa saja bisa laku di sana (tempat lama), pengunjungnya datang dari mana-mana. Bahkan kelas artis pun dulu belanjanya ke situ,” kenangnya.
Sejak berpindah lokasi pada 2018 dan dihantam pandemi Covid-19, penghasilan Agus merosot tajam.
Akses ke pasar yang sekarang juga lebih sulit, membuat calon pembeli berpaling ke tempat lain yang lebih mudah dijangkau.
“Sejak Corona, lalu ditambah relokasi karena jalan Tol Becakayu, pendapatan menurun drastis. Akses ke sini juga lebih sulit,” kata Agus.
Senada dengan Agus, Ifah (46), pedagang boneka di Pasar Gembrong, juga merasakan betapa sepinya pasar selama beberapa tahun terakhir.
Meski masih terbantu dengan penjualan daring dan pelanggan tetap, situasi di lapangan tetap menyayat.
“Untuk pengunjung ya begini-begini saja, tidak terlalu ramai. Kebanyakan pesanan saya dari online dan pelanggan tetap,” ucap Ifah.
Kondisi Pasar Ular di Jakarta Utara mengikuti jejak dua pasar legend sebelumnya.
Pada masa jayanya, para pembeli berebut datang, kini para pedagang hanya bisa menanti.
Kala itu, pasar ini bukan sekadar tempat belanja, tetapi jadi ruang nostalgia, tempat orang-orang dari berbagai kalangan, termasuk artis dan pejabat berburu pakaian bermerek dengan harga miring.
“Di masa pemerintahan Soeharto dan SBY ramainya. Di sini jual pakaian aja, tapi kan banyak artis-artis, pelawak-pelawak datang ke sini,” kenang Alfons (65), pedagang yang sudah puluhan tahun bertahan, Kamis (3/7/2025).
Kini, lorong-lorong pasar itu terasa lengang. Hanya segelintir pembeli yang datang.
Blok A, Blok B, dan Blok Lorong, tiga bagian utama Pasar Ular masih berdiri, tetapi denyut perdagangannya nyaris menghilang.
“Ada sekitar 250-an pedagang,” ucap Alfons. “Tapi hampir 65 persennya sudah enggak buka lagi.”
Pandemi Covid-19 menjadi awal dari kemunduran. Namun, perubahan rezim disebut memperparah keadaan.
“Benar-benar anjlok, sama sekali enggak ada pembelinya. Ini pas zaman Jokowi masih ada pembelinya, masih mending. Tapi begitu pergantian Prabowo, habis total sama sekali, anjlok,” tutur Alfons, getir.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jakarta tengah mengkaji untuk membenahi kawasan Pasar Baru Jakarta.
“Kami sedang mengkaji untuk Pasar Baru, setelah Blok M hampir selesai, tentunya Pasar Baru sebagai salah satu simbol utama Jakarta, nanti akan kita lakukan perbaikan,” ucap Gubernur Jakarta Pramono Anung kepada wartawan di Cakung, Jakarta Timur, Kamis (5/6/2025).
Sebagai langkah awal, Pramono akan membersihkan kawasan Pasar Baru terlebih dahulu, sebelum nanti berlanjut ke revitalisasi sarana dan transportasi di sekitar kawasan.
“Kemudian juga melakukan perbaikan sarana transportasi dan juga keindahan yang ada di Pasar Baru,” terang Pramono.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.