JAKARTA – Paus Leo XIV berharap Iran dan Israel tidak saling membalas dendam setelah 12 hari perang, yang melibatkan AS dengan serangan udara terkait fasilitas nuklir Iran.
“Semoga semua logika penindasan dan balas dendam ditolak, dan semoga jalan dialog, diplomasi, dan perdamaian dipilih dengan tekad,” kata Paus dalam sambutannya di akhir audiensi mingguan di Lapangan Santo Petrus dilansir Reuters, Rabu, 25 Juni.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump antara Iran dan Israel tampaknya akan bertahan setelah kedua negara memberi isyarat perang udara mereka telah berakhir
Masing-masing pihak mengklaim kemenangan pada Selasa, 24 Juni, setelah 12 hari perang, yang disusul oleh AS dengan serangan udara untuk mendukung Israel dalam menghancurkan fasilitas pengayaan uranium Iran.
Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan pada Selasa malam, pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran “menjanjikan”. Washington berharap akan tercapai kesepakatan damai jangka panjang.
“Kami sudah berbicara satu sama lain, tidak hanya secara langsung tetapi juga melalui lawan bicara. Saya pikir pembicaraan itu menjanjikan. Kami berharap dapat mencapai perjanjian damai jangka panjang yang membangkitkan kembali Iran,” kata Witkoff dalam wawancara di acara “The Ingraham Angle” di Fox News dilansir Reuters, Rabu, 25 Juni.
“Sekarang saatnya bagi kami untuk duduk bersama Iran dan mencapai perjanjian damai yang komprehensif, dan saya sangat yakin bahwa kami akan mencapainya,” sambungnya.
Trump mengatakan pada akhir pekan, pesawat pengebom siluman AS telah “menghancurkan” program Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Iran mengatakan kegiatan pengayaannya hanya untuk tujuan sipil.
Namun, klaim Trump tampaknya bertentangan dengan laporan awal oleh salah satu badan intelijen pemerintahannya, menurut tiga orang yang mengetahui masalah tersebut.
Salah satu sumber mengatakan stok uranium yang diperkaya Iran belum dihilangkan, dan program nuklir negara itu, yang sebagian besar terkubur jauh di bawah tanah, mungkin telah mundur hanya satu atau dua bulan.
Gedung Putih mengatakan penilaian intelijen itu “salah besar.”
Menurut laporan tersebut, yang dibuat oleh Badan Intelijen Pertahanan, serangan itu menutup pintu masuk ke dua fasilitas, tetapi tidak meruntuhkan bangunan bawah tanah, kata salah satu orang yang mengetahui temuannya.
