WNI Ceritakan Ketatnya Akses Internet di Iran saat Konflik Memanas Megapolitan 24 Juni 2025

WNI Ceritakan Ketatnya Akses Internet di Iran saat Konflik Memanas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        24 Juni 2025

WNI Ceritakan Ketatnya Akses Internet di Iran saat Konflik Memanas
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com
– Salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang baru saja dievakuasi dari Iran,
Sultan Fatoni
(43), mengungkapkan adanya pembatasan informasi secara ketat selama eskalasi konflik antara Iran dan Israel.
Pemerintah Iran, kata dia, menasionalisasi internet sehingga warga hanya bisa mengakses aplikasi dan situs buatan dalam negeri.
“Beberapa akses dipersulit. Internet itu dinasionalisasi, jadi situs luar tidak bisa dibuka. Hanya yang buatan dalam negeri saja yang bisa dibuka,” ujar Sultan saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (24/6/2025).
Sultan merupakan salah satu dari 11 WNI yang tiba di Tanah Air usai dievakuasi dari negara yang sedang berkonflik dengan Israel.
Ia tinggal di Kota Mashhad bersama istri dan anaknya selama lebih dari tiga tahun.
Kota tersebut berada di bagian timur Iran dan menjadi tempat tinggalnya sejak sebelum konflik memanas.
Meskipun Mashhad relatif jauh dari pusat konflik, situasi tetap menegangkan.
Beberapa hari sebelum dievakuasi, serangan drone sempat terjadi di dekat tempat tinggalnya.
“Iya, katanya yang diserang kemarin pakai drone itu bandara kota Mashhad sekitar 10 menit dari tempat tinggal saya,” ujarnya.
Selama tinggal di Iran, Sultan belum pernah menghadapi situasi seperti ini.
Menurutnya, ketegangan yang dipicu
konflik Iran
-Israel semakin meningkat setelah adanya campur tangan militer dari Amerika Serikat.
Ia menyebut bahwa dua kota kembali menjadi sasaran serangan dua hari setelah dirinya meninggalkan Iran.
Proses evakuasi yang dilaluinya cukup panjang dan melelahkan. Ia berangkat sejak Kamis dari Mashhad menggunakan jalur darat menuju titik kumpul di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Perjalanan tersebut memakan waktu satu hari, diikuti dengan menginap semalam untuk menunggu kedatangan WNI dari kota lain.
Setelah itu, mereka kembali menempuh perjalanan darat selama satu hari menuju perbatasan Azerbaijan, dan akhirnya diterbangkan ke Indonesia dari Baku.
“Kami sudah dari Kamis perjalanan dari Iran. Jadi sudah enam hari, agak capek,” katanya.
Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 17.44 WIB, rombongan WNI langsung diarahkan ke ruang imigrasi untuk pemeriksaan dokumen, lalu ke bea cukai untuk pemeriksaan IMEI perangkat.
Setelah seluruh prosedur rampung, mereka diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing.
Pemerintah menyambut kedatangan para WNI ini melalui perwakilan sejumlah pejabat, antara lain Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa Vitto R. Tahar, Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Pasifik, Oseania, dan Afrika Parimeng, serta Dirjen Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI Andi Rahmianto.
Evakuasi ini merupakan bagian dari upaya perlindungan terhadap WNI di tengah situasi genting.
Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Lodewijk Freidrich Paulus, menyebut bahwa dari total 380 WNI yang berada di Iran, hanya 97 yang memilih dievakuasi.
“Yang jelas dari 380 WNI yang ada di Iran tidak semuanya mau dievakuasi, karena itu evakuasi perjalanan, katakan dari Teheran ke Baku, Azerbaijan ke utara, itu 16 jam dengan darat,” ujar Lodewijk.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.