Media pemerintah Iran melaporkan pada Minggu, parlemen Iran telah mendukung penutupan selat itu. Namun, keputusan akhir untuk menutup selat itu berada di tangan dewan keamanan nasional Iran, menurut menurut laporan itu.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah memperingatkan Iran agar tidak berupaya menutup selat itu. “Itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi Iran karena ekspor mereka melewati Selat Hormuz itu,” ujar Rubio.
“Kami masih memiliki opsi untuk mengatasinya,” Rubio menambahkan.
“Itu akan lebih merugikan ekonomi negara lain daripada ekonomi kami. Saya pikir, itu akan menjadi eskalasi besar-besaran yang akan membutuhkan respons, tidak hanya dari kami, tetapi juga dari negara lain,” ia menambahkan.
Berdasarkan data Kpler, Iran mengekspor 1,84 juta barel per hari bulan lalu, dengan sebagian besar dijual ke China. Adapun menurut laporan pasar minyak bulanan OPEC yang dirilis pada Juni, Iran memproduksi 3,3 juta barel per hari pada Mei.
Rubio meminta China memakai pengaruhnya untuk mencegah Teheran menutup selat itu. Sekitar setengah dari impor minyak mentah China melalui perairan berasal dari Teluk Persia, menurut Kpler.
“Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka tentang hal itu karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4723194/original/070149500_1705922144-fotor-ai-20240122181453.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)