JAKARTA – Iran mengatakan serangan Amerika Serikat terhadap situs nuklirnya memperluas jangkauan target yang sah bagi angkatan bersenjatanya.
Iran menyebut Presiden AS Donald Trump sebagai “penjudi” karena bergabung dengan operasi militer Israel melawan Republik Islam tersebut.
Sejak Trump bergabung dengan operasi militer Israel dengan menjatuhkan bom penghancur bunker besar-besaran di situs nuklir Iran pada Minggu pagi, Iran telah berulang kali mengancam akan membalas.
Namun, meski terus menembakkan rudal ke Israel, Iran belum mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat, baik dengan menembaki pangkalan-pangkalan AS maupun dengan menargetkan 20% pengiriman minyak global yang melewati dekat pantainya di muara Teluk.
“Tuan Trump, si penjudi, Anda mungkin memulai perang ini, tetapi kamilah yang akan mengakhirinya,” kata Ebrahim Zolfaqari, juru bicara markas besar militer pusat Khatam al-Anbiya Iran, pada Senin, 23 Juni dalam rekaman video dilansir Reuters.
Iran dan Israel saling serang dengan serangan udara dan rudal pada hari Senin saat dunia bersiap menghadapi tanggapan Teheran.
Pemerintahan Trump telah berulang kali mengatakan tujuannya semata-mata untuk menghancurkan program nuklir Iran, bukan untuk membuka perang yang lebih luas.
Namun dalam unggahan di media sosial pada Minggu, Trump secara terbuka berbicara tentang menggulingkan para pemimpin ulama garis keras yang telah menjadi musuh utama Washington di Timur Tengah sejak revolusi Iran tahun 1979.
“Tidaklah tepat secara politis untuk menggunakan istilah, ‘Pergantian Rezim,’ tetapi jika Rezim Iran saat ini tidak mampu MEMBUAT IRAN HEBAT LAGI, mengapa tidak akan ada pergantian Rezim??? MIGA!!!” tulisnya.
Para ahli yang mengamati citra satelit komersial mengatakan serangan AS merusak lokasi pabrik nuklir Fordow Iran, yang dibangun di dalam gunung, dan mungkin menghancurkannya serta sentrifus pengayaan uranium yang ada di dalamnya.
Trump menyebut serangan itu sebagai “Sasaran Tepat!!!”.
“Kerusakan Besar Terjadi di Semua Situs Nuklir di Iran,” tulisnya. “Kerusakan terbesar terjadi jauh di bawah permukaan tanah,” kata Trump.
