JAKARTA – Keputusan untuk memiliki anak adalah sebuah langkah besar yang melibatkan banyak pertimbangan, mulai dari kesiapan mental, emosional, hingga stabilitas finansial.
Namun, di luar faktor-faktor tersebut, ada satu aspek penting yang sering kali luput dari perhatian, yakni kualitas dan kuantitas sel telur yang secara alami menurun seiring bertambahnya usia.
Menurut dr. Febriyan Nicolas Kengsiswoyo, SpOG, MKes, Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi dari Eka Hospital PIK, banyak perempuan yang baru merasa siap untuk merencanakan kehamilan setelah usia 35 tahun.
Sayangnya, pada usia tersebut, cadangan sel telur sudah menurun cukup drastis, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Penurunan ini berdampak langsung pada peluang untuk hamil secara alami.
“Dalam praktiknya, saya sering menemui pasien yang baru siap memiliki anak di usia 35 tahun ke atas, saat cadangan sel telurnya sudah berkurang signifikan,” ujar dr. Febriyan, saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Jumat, 20 Juni.
Namun, kemajuan teknologi di bidang kedokteran reproduksi telah membuka jalan bagi solusi alternatif. Salah satunya adalah pembekuan sel telur (egg freezing) atau yang secara medis dikenal sebagai oocyte cryopreservation. Teknologi ini memungkinkan seorang perempuan untuk menyimpan kesuburannya saat sel telurnya masih dalam kondisi terbaik.
Pembekuan sel telur atau egg freezing merupakan prosedur medis yang memungkinkan wanita untuk mengambil dan menyimpan sel telurnya dalam kondisi beku. Nantinya, ketika wanita tersebut siap untuk hamil, sel telur yang telah dibekukan dapat dicairkan, dibuahi, dan ditanamkan ke dalam rahim melalui metode bayi tabung (IVF – In Vitro Fertilization).
“Oocyte cryopreservation dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium, lalu membekukannya secara instan menggunakan teknik vitrifikasi. Sel telur ini disimpan dalam nitrogen cair pada suhu -196°C,” jelas dr. Febriyan.
Vitrifikasi adalah metode pembekuan cepat yang mencegah pembentukan kristal es yang bisa merusak struktur sel telur. Prosedur ini dianggap lebih efektif dan aman dibandingkan metode pembekuan tradisional.
Prosedur pembekuan sel telur bukan hanya untuk mereka yang ingin menunda kehamilan karena alasan pribadi. Menurut dr. Febriyan, beberapa kelompok yang sangat disarankan untuk mempertimbangkan opsi ini antara lain:
– Wanita usia subur (idealnya di bawah 35 tahun) yang ingin menunda kehamilan demi mengejar karier, pendidikan, atau karena belum menemukan pasangan.
– Pasien dengan kondisi medis, seperti endometriosis, insufisiensi ovarium prematur, atau gangguan autoimun yang dapat memengaruhi kesuburan.
– Pasien onkologi yang akan menjalani kemoterapi, radioterapi, atau operasi panggul, semua prosedur yang bisa merusak fungsi ovarium secara permanen.
“Dengan membekukan sel telur saat masih sehat dan muda, kita memberi diri kita sendiri kesempatan terbaik untuk hamil di masa depan,” tambah dr. Febriyan.
Prosedur pembekuan sel telur terdiri dari beberapa tahapan medis yang telah terbukti aman dan efektif:
1. Stimulasi Ovarium
Pasien diberikan suntikan hormon untuk merangsang pertumbuhan banyak folikel (kantung berisi sel telur) dalam satu siklus menstruasi.
2. Pengambilan Sel Telur (Oocyte Retrieval)
Setelah sel telur matang, dokter akan mengambilnya dari ovarium menggunakan jarum halus dengan panduan USG. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi ringan.
3. Pembekuan (Vitrifikasi)
Sel telur yang telah diambil dibekukan secara cepat untuk menjaga kualitasnya dan menghindari kerusakan sel.
4. Penyimpanan
Sel telur disimpan dalam tangki nitrogen cair pada suhu ekstrem, dan dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa mengalami penurunan kualitas.
5 Penggunaan di Masa Depan
Ketika wanita siap untuk hamil, sel telur dicairkan, dibuahi dengan sperma (biasanya melalui prosedur ICSI – Intracytoplasmic Sperm Injection), dan embrio hasil pembuahan ditanamkan ke rahim.
Seperti semua prosedur medis, pembekuan sel telur memiliki berbagai aspek yang perlu dipahami dengan baik:
– Usia adalah kunci. Semakin muda usia saat sel telur dibekukan, semakin tinggi kualitas sel tersebut dan semakin besar peluang kehamilan di masa depan.
– Tidak menjamin kehamilan 100%, namun prosedur ini secara signifikan meningkatkan peluang, terutama untuk wanita yang menghadapi risiko penurunan kesuburan.
– Efek samping minimal, biasanya berupa kembung, nyeri ringan setelah prosedur, dan perubahan mood selama masa stimulasi hormon.
– Biaya prosedur mencakup berbagai tahapan, yakni stimulasi hormon, pengambilan sel telur, pembekuan dan penyimpanan, serta IVF saat penggunaan nanti.
dr. Febriyan menekankan pembekuan sel telur bukan prosedur yang bisa dijalankan begitu saja tanpa evaluasi medis menyeluruh. Setiap pasien memiliki kondisi tubuh dan kesehatan reproduksi yang unik.
“Konsultasi dengan dokter spesialis fertilitas sangat disarankan. Kami biasanya melakukan pemeriksaan hormon AMH (Anti-Müllerian Hormone) dan USG transvaginal untuk menilai cadangan ovarium dan kesiapan tubuh pasien,” ujarnya.
Dalam dunia modern yang penuh tekanan dan pilihan hidup yang semakin kompleks, pembekuan sel telur memberi perempuan sebuah kendali, yaitu kendali terhadap waktu, harapan, dan perencanaan masa depan mereka. Meskipun bukan jaminan kehamilan, ini adalah bentuk investasi biologis yang semakin banyak dipilih oleh wanita cerdas dan sadar diri.
Dengan dukungan teknologi dan informasi yang tepat, wanita tidak lagi harus memilih antara mengejar karier atau menjadi ibu. Mereka kini bisa merencanakan keduanya, dengan lebih bijak dan penuh kesiapan.
Jika Anda mempertimbangkan opsi ini, lakukan konsultasi sedini mungkin dengan dokter spesialis fertilitas untuk mengevaluasi kondisi Anda dan menentukan langkah terbaik. Masa depan Anda, termasuk sebagai calon ibu, layak dipersiapkan dengan penuh pertimbangan.
