Meski begitu, pihaknya akan mengonfirmasi ulang kepada petugas di fasilitas kesehatan terkait, khususnya di faskes yang memeriksa jemaah haji yang wafat atau sakit. Fokus kajian adalah riwayat penyakit jemaah sebelum wafat.
“Itu yang nanti akan kami jadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki sistem screening kesehatan kita di tahun yang akan datang,” kata Liliek.
Ia mengatakan sejak tahun sudah mulai mengetatkan istithaah jemaah haji Indonesia. Pihaknya bahkan berinisiatif untuk menghubungi calon jemaah haji yang diestimasikan berangkat pada tahun berikutnya agar status kesehatan mereka diketahui lebih awal dan dipersiapkan agar lebih baik sebelum berangkat berhaji.
“Yang kita inginkan, sebelum dia dapat panggilan untuk melunasi itu (biaya haji), kesehatannya sudah kita siapkan sehingga nanti kalau kita siapkan duluan, pas nanti dia dipanggil untuk melunasi, dia sudah istithaah,” jelas Liliek.
Faktanya, tidak mudah meyakinkan calon jemaah haji. Berkaca dari pengalaman pada tahun lalu terkait pemberangkatan jemaah haji 2025, calon jemaah haji malah menganggap informasi yang disampaikan staf Kemenkes sebagai kebohongan atau bahkan penipuan.
“Bulan Agustus tahun lalu kami sudah melakukan namanya sosialisasi kesehatan haji. Waktu itu di Jambi yang pertama. Yang kami dapatkan apa? Waktu jemaah kami hubungi, dia enggak yakin. Ini penipuan ya? Ini dari mana? Karena ternyata mungkin banyak yang mengiming-imingi mau berangkat, ternyata enggak jadi,” ia menguraikan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5251811/original/017011700_1749808932-WhatsApp_Image_2025-06-13_at_16.13.29.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)