Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, memaknai berkurban di Iduladha adalah ujian untuk memberikan yang terbaik, bukan justru menyerahkan sesuatu yang tersisa.
Pernyataan tersebut disampaikan Atip saat memimpin salat Iduladha 1446 Hijriah di kompleks Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, Jumat (6/6/2025).
Wamendikdasmen menyampaikan khutbah yang menekankan makna terdalam berkurban sebagai bentuk ketaatan tertinggi kepada Allah dan keberanian menyerahkan yang terbaik demi kebaikan banyak orang.
Atip membuka khutbah dengan kisah dua putra Nabi Adam, Habil dan Qabil, yang menjadi pelajaran abadi tentang keikhlasan dan ketakwaan. Ia juga menggarisbawahi keteladanan keluarga Nabi Ibrahim, sebagai narasi spiritual yang merekam puncak ketaatan, keikhlasan, dan visi kemanusiaan.
“Kurban sejati bukan tentang menyembelih hewan semata. Ini tentang keberanian memberi apa yang paling kita cintai karena Allah memerintahkannya, dan karena orang lain lebih membutuhkan,” jelas Atip, Jumat (6/6/2025).
“Ibrahim tidak meminta sesuatu untuk dirinya sendiri. Ia berdoa untuk generasi dan umat. Kurban adalah pengingat hidup kita bukan hanya tentang hari ini, tapi tentang masa depan yang kita siapkan untuk orang lain,” tambahnya.
Atip juga mengingatkan hidup adalah rangkaian pengorbanan. Kurban sejati adalah memberikan yang terbaik yang dimiliki bukan yang tersisa, karena ada orang lain yang jauh lebih membutuhkan.
“Setiap individu sesungguhnya telah dikaruniai kelebihan oleh Allah untuk dibagikan kepada sesama,” tutup Wamendikdasmen Atip.
