JAKARTA – Java Jazz Festival (JJF) telah bertransformasi menjadi festival musik yang lebih dekat dengan anak muda ketimbang para pecinta musik jazz klasik. Namun bukan berarti gelaran ini meninggalkan para musisi lawas begitu saja.
Di samping penampilan Jacob Collier, Raye, dan Jesus Molina yang membius penonton, perayaan Java Jazz Festival ke-20 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat akhir pekan lalu juga menampilkan musisi yang terkenal dari abad lalu, seperti Lee Ritenour dan Shakatak.
Lee Ritenour memang membawakan rilisan barunya, seperti “Cravo e Canela” dari album “Brasil” (bersama Dave Grusin – 2024), namun yang menjadi favorit penonton tetaplah nomor-nomor seperti “Etude”, “Captain Fingers”, dan “It It You”.
“Kami punya permintaan besar dari Java (Jazz Festival) agar saya membawakan lagu lama berjudul ‘Is It You’,” kata Lee Ritenour, saat mengatakan kepada penonton bahwa promotor memintanya membawakan lagu-lagu lama.
Penampilan Lee Ritenour malam itu dihadiri ribuan penonton yang memenuhi ruangan. Menjadi lebih spesial karena Peter Gontha selaku penggagas JJF muncul lebih dulu untuk menyambut kehadiran sang gitaris ke atas panggung.
“Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk secara pribadi mengundang Lee Ritenour untuk naik panggung,” kata Peter yang muncul dari belakang panggung kepada penonton.
“Saya memberi tahu penonton bahwa Anda adalah salah satu artis yang selalu mendukung Indonesia sejak awal,” kata Peter lagi kepada Ritenour. “Saya telah memberi tahu penonton bahwa Anda tidak berada di sini pada awal Java Jazz, tetapi Anda berada di sini sebelum Java Jazz dimulai. Anda telah bermain di The Jakarta Jazz Festival, Anda bermain di Ancol, Jamz Club di Blok M, dan Anda bermain di banyak tempat di Indonesia, di Surabaya dan Bandung.”
Peter pun menyampaikan terima kasihnya kepada Ritenour yang sudah bersedia kembali tampil di JJF.
“Terima kasih banyak Lee Ritenour. Lihatlah penonton, orang-orang di ruangan ini adalah orang-orang jazz sejati, orang-orang ini akan mencintai Anda selamanya, dan saya berterima kasih banyak atas dukungan Anda terhadap negara kami. Terima kasih banyak telah kembali lagi,” ujarnya.
Tidak hanya Lee Ritenour yang penampilannya mengundang banyak penonton. Shakatak, band asal Inggris yang dikenal dengan musiknya yang funky juga mendapat sambutan serupa. Lagu-lagu seperti “Night Birds”, “Dark Is the Night”, “Easier Said Than Done”, hingga “Day By Day” membuat seisi ruangan bernyanyi bersama – tidak hanya untuk lirik lagu, tapi juga melodi catchy dari kibor dan instrumen lain.
Lagu dan melodi lawas nyatanya masih menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton JJF 2025. Penampilan band cover The Stevie Wonder Celebration juga dihadiri banyak penonton. Meski tahu bukan Stevie Wonder yang ada di panggung, mereka tetap ikut melantunkan setiap lirik dari lagu-lagu hits seperti “Isn’t She Lovely”, “Signed, Sealed, Delivered”, “Sir Duke”, “Don’t You Worry ‘Bout A Thing”, “Higher Ground”, “Superstition”, “Master Blaster (Jammin’)”, “For Once In My Life”, hingga “I Wish”.
Di samping para artis luar negeri, penampilan dari Kris Dayanti, Danilla, Bilal Indrajaya, dan Adikara yang membawakan tribute untuk Titiek Puspa serta Dira Sugandi yang membawakan tribute untuk “queen of soul” juga jadi magnet tersendiri di JJF 2025.
Meski berasal dari abad berbeda, penampilan yang membawakan lagu-lagu lama nyatanya tidak hanya menarik minat dari mereka yang sudah paruh baya dan lebih tau, namun juga kalangan muda hingga remaja.
