Bondowoso (beritajatim.com) – Menjelang musim tanam tembakau tahun 2025, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Bondowoso, Yasid, memberikan imbauan penting kepada para petani di wilayahnya.
Dalam pernyataannya, Yasid meminta agar para petani lebih jeli dan rasional dalam menganalisis peluang dan risiko usaha tani tembakau.
“Petani jangan hanya emosional, tapi juga harus rasional. Harus bisa menganalisis peluang, kebutuhan pasar, dan kapasitas gudang sebelum memutuskan luas tanam,” ujarnya, Selasa (22/4/2025).
Menurut Yasid, lonjakan harga tembakau pada dua musim terakhir telah mendorong peningkatan luas tanam secara besar-besaran. Harga tembakau rajangan yang sebelumnya berkisar Rp55 ribu per kilogram naik menjadi Rp60 ribu, memicu lonjakan luas tanam dari 6.500 hektare menjadi lebih dari 8 ribu hektar.
Namun, tren ini menurutnya perlu disikapi secara hati-hati. Ia mengingatkan bahwa peningkatan produksi tanpa perhitungan kapasitas gudang dan permintaan pasar justru bisa merugikan petani sendiri.
“Kondisi gudang sekarang sudah cukup. Kalau tahun ini produksi melimpah lagi, gudang bisa penuh, dan itu berpengaruh langsung ke harga. Ini harus dipahami petani,” jelas Yasid.
Dalam konteks manajemen usaha tani, ia menekankan pentingnya ketelitian dalam setiap tahapan—mulai dari pemilihan varietas, pembibitan, pemeliharaan hingga masa panen. Yasid menyebut bahwa varietas Maesan 1 dan 2 yang menjadi ikon Bondowoso adalah jenis yang masih dibutuhkan oleh industri, sehingga perlu menjadi prioritas petani.
Lebih lanjut, ia mengajak pemerintah daerah untuk turut aktif memberikan edukasi kepada petani, khususnya mereka yang belum terbiasa dengan informasi pasar dan analisis usaha tani. Tujuannya adalah agar petani tidak sekadar ikut-ikutan menanam hanya karena tren harga.
“Sedikit, tapi produktif dan berkualitas itu jauh lebih baik daripada luas, tapi akhirnya merugi. Petani harus berpikir jangka panjang,” pungkas Yasid. [awi/suf]
