JAKARTA – Thailand mencatat kematian pertama akibat antraks dalam tiga dekade setelah seorang pria berusia 53 tahun di Provinsi Mukdahan, timur laut negeri itu, meninggal dunia pada Rabu 30 Mei. Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan, korban terinfeksi bakteri Bacillus anthracis.
Kasus antraks Thailand ini adalah yang kedua dikonfirmasi pada provinsi yang sama. Sementara tiga dugaan infeksi lainnya masih dalam penyelidikan.
Pihak berwenang telah mengidentifikasi 638 orang yang berpotensi terpapar, dengan 36 di antaranya terlibat dalam penyembelihan ternak, dan sisanya mengonsumsi daging sapi mentah atau setengah matang. Semua kontak risiko tinggi langsung diberi antibiotik pencegahan.
“Semua individu yang mungkin telah melakukan kontak dengan daging terinfeksi akan dipantau secara ketat,” ujar jubir Kementerian Kesehatan terkait kasus antraks Thailand dikutip Thainews, Sabtu 3 Mei.
Karantina hewan diterapkan dalam radius 5 km pada sekitar lokasi kasus, di bawah pengawasan Departemen Peternakan. Rencana vaksinasi 1.222 ekor sapi juga disiapkan, meski belum ada laporan hewan mati mendadak atau sakit tanpa penjelasan.
Antraks adalah penyakit zoonosis serius tetapi tidak menular antarmanusia. Umumnya ini terjadi disebabkan kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau konsumsi daging yang tercemar.
Infeksi antraks Thailand yang dilaporkan terjadi pada manusia adalah pada 2017 (dua kasus tanpa kematian), dan kematian terakhir terjadi pada 1994 (tiga korban).
