Sukidi: Pemimpin Welas Asih seperti Paus Fransiskus yang Dibutuhkan Indonesia Nasional 26 April 2025

Sukidi: Pemimpin Welas Asih seperti Paus Fransiskus yang Dibutuhkan Indonesia
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        26 April 2025

Sukidi: Pemimpin Welas Asih seperti Paus Fransiskus yang Dibutuhkan Indonesia
Editor
KOMPAS.com
– Pemikir kebhinekaan Sukidi menekankan pentingnya
Indonesia
meneladani kepemimpinan welas asih yang ditunjukkan oleh
Paus Fransiskus
.
Menurut dia, nilai-nilai belas kasih yang dihayati dan dipraktikkan oleh pemimpin tertinggi Gereja Katolik tersebut sejalan dengan semangat kebangsaan yang digariskan oleh Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945.
“Indonesia perlu mewarisi keteladanan Paus, bahwa kepemimpnan yang penuh welas asih itulah yang dibutuhkan republik ini, karena ini sesuai dengan pesan Bung Karno pada pidato 1 Juni 1945, bahwa Indonesia ini didirikan sebagai negara yang berketuhanan,” kata Sukidi, seperti dilansir dari program Satu Meja Kompas TV, Sabtu (26/4/2025).
“Karena itu, prinsip ketuhanan yang welas asih, yang saling menghormati kepada sesama, yang menumbuhkan cinta kasih kepada sesama, itulah yang kita butuhkan untuk Indonesia ke depan,” tambah dia.
Dalam pandangan Sukidi, Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin agama, melainkan juga simbol moral dunia yang menunjukkan keberpihakan pada kaum lemah dan yang menderita.
“Dari Paus Fransiskus kita belajar tentang seorang tokoh agama yang menjiwai betul arti belas kasih kepada sesama. Belas kasih itu adalah kesediaan membuka diri kita terhadap penderitaan orang lain, dan merasakan penderitaan orang lain sebagai bagian dari penderitaan kita, sehingga kita terpanggil untuk membebaskan rakyat dari mata rantai kesengsaraan itu sendiri,” ujar Sukidi. 
“Itu yang kita butuhkan pada pemimpin republik ini, untuk menjadikan rakyat bukan sebagai komoditas politik, tapi sebagai bentuk pelayanan tertinggi untuk kesejahteraan rakyat itu sendiri,” sambung dia. 
Lebih lanjut, Sukidi menekankan bahwa dalam situasi bangsa yang penuh tantangan, rakyat Indonesia harus memegang teguh harapan.
Ia mengutip tokoh perjuangan anti-apartheid Nelson Mandela, yang tetap menjaga harapan meski harus mendekam di penjara selama 27 tahun karena perjuangannya.
“Ketika semua hal-hal hilang dalam hidupnya, dia menitipkan harapan sebagai senjata paling ampun untuk merawat bangsa Afrika ke depan,” ujar dia.
Dalam konteks Indonesia, Sukidi mengingatkan bahwa harapan harus dilandasi oleh iman dan cinta.
Mengutip Kardinal Suharyo, ia menyatakan bahwa Tuhan memulai karya yang baik dan akan menyelesaikannya dengan baik pula.
“Karena itu rasa cinta, rasa bakti kepada Tanah Air, harus selalu kita pupuk, harus selalu kita iringi semangat untuk merawat Tanah Air dengan patriot, dengan
spirit
kejujuran dan integritas yang luhur itu sendiri,” ujar dia. 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.