Trauma dan Pornografi Picu Kekerasan Seksual

Trauma dan Pornografi Picu Kekerasan Seksual

Jakarta, Beritasatu.com – Kasus kekerasan seksual di Indonesia terus menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, terutama terhadap perempuan, anak, dan kelompok rentan. Menyoroti fenomena ini, pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengungkap sejumlah faktor pemicu yang kerap melatarbelakangi pelaku kekerasan seksual.

Menurut Devie, tidak ada satu penyebab tunggal yang bisa disamaratakan. Namun, riset selama lebih dari 50 tahun menunjukkan banyak pelaku kejahatan seksual ternyata pernah menjadi korban kekerasan serupa pada masa lalu.

“Biasanya pelaku memiliki pengalaman traumatis pada masa kecil. Mereka tidak serta-merta punya kecenderungan melakukan hal tidak bermoral tanpa latar belakang yang memengaruhi mental mereka,” ungkap Devie Rahmawati dalam program “Beritasatu Sore”, Sabtu (19/4/2025).

Selain trauma masa kecil, Devie menyoroti peran paparan konten pornografi sebagai salah satu faktor yang memperburuk kondisi mental hingga membentuk kepribadian yang tidak bermoral. Akses mudah terhadap pornografi melalui media sosial dan internet membuat angka kekerasan seksual sulit ditekan, bahkan diprediksi akan terus meningkat.

“Bisnis pornografi ini sangat besar, perputaran uangnya bisa mencapai ratusan triliun rupiah secara global. Produsennya serius memasarkan produk ini sehingga dampaknya luas, terutama bagi anak-anak yang belum memahami batasan moral,” jelasnya.

Devie menegaskan, paparan konten pornografi pada usia dini bisa membuat anak-anak merasa hal tersebut adalah sesuatu yang biasa. Ketidaktahuan inilah yang kerap dimanfaatkan oleh pelaku dewasa dalam berbagai aksi kekerasan seksual.

“Anak-anak yang tidak paham bisa mengira hal itu wajar, padahal jelas sebuah kesalahan. Inilah yang membuat mereka semakin rentan menjadi korban,” tutup Devie terkait kasus kekerasan seksual di Indonesia.