Liputan6.com, Jakarta Dahulu hanya dikenal dengan sebutan “Tanjong,” kini ruang terbuka di Jalan Diponegoro, bersebelahan mesra dengan megahnya Museum Mulawarman, telah bertransformasi menjadi denyut nadi baru bagi Kota Raja. Taman Tanjong, dengan wajahnya yang segar dan tertata apik, resmi dibuka, bukan hanya sebagai pelepas penat di tengah hiruk pikuk kota, tetapi juga sebagai panggung bagi geliat ekonomi kerakyatan.
Langkah kaki yang dulunya mungkin enggan menyusuri tepian Sungai Mahakam yang kurang terawat di area ini, kini pasti akan tertarik dengan metamorfosis Taman Tanjong. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) berhasil menyulap lahan ini menjadi oase hijau yang memanjakan mata.
Desain taman yang modern dan tertata rapi menawarkan sudut-sudut nyaman untuk bersantai, bercengkerama dengan keluarga, atau sekadar menikmati semilir angin sungai. Lebih dari sekadar ruang rekreasi, Taman Tanjong menyimpan ambisi besar untuk menjadi ikon baru yang meningkatkan kualitas hidup dan estetika Kota Tenggarong.
Peresmian Taman Tanjong oleh Bupati Kukar Edi Damansyah usai Idulfitri lalu bukan sekadar acara seremonial. Di balik pita yang terpotong dan sambutan resmi, tersimpan harapan besar: ruang ini akan menjadi lebih dari sekadar tempat rekreasi, tetapi juga denyut nadi ekonomi baru bagi pelaku UMKM setempat.
Nama “Tanjong” mungkin sudah tak asing di telinga warga Tenggarong. Tapi kini, ia menjelma menjadi sebuah ruang publik yang memukau—dengan jalur pedestrian yang rapi, taman bermain anak, dan spot-spot foto instagenic yang langsung menarik perhatian pengunjung.
“Kami ingin Taman Tanjong bukan hanya jadi tempat nongkrong, tapi juga ruang yang mempertemukan masyarakat, alam, dan ekonomi,” ujar Arianto, PLT Kepala Dinas Pariwisata Kukar, sambil menunjuk zona khusus UMKM yang telah disiapkan.
Zona itu dirancang agar lapak-lapak kecil tak sekadar berjualan, tetapi juga menjaga estetika taman. “Kami tak ingin dagangan memenuhi semua sudut. Harus ada keseimbangan antara bisnis dan keindahan,” tegasnya.
Di salah satu sudut taman, Siti (35 tahun), seorang pedagang es kelapa muda, tersenyum lebar. “Dulu jualan di pinggir jalan, sekarang punya tempat tetap di sini. Semoga makin laris,” ujarnya penuh harap.
Bagi banyak pelaku UMKM seperti Siti, Taman Tanjong adalah angin segar. Pemerintah kabupaten sengaja memprioritaskan warga setempat untuk mengisi lapak-lapak yang tersedia.
Keberhasilan penataan Taman Tanjong bahkan mendapat pujian dari kota tetangga seperti Samarinda dan Balikpapan. Seorang ibu paruh baya, Murni (50 tahun), yang datang bersama cucunya mengaku betah berlama-lalam di taman baru ini.
“Dulu tempat ini biasa saja, sekarang anak-anak betah main di sini,” ujarnya.
Itulah mungkin tujuan sebenarnya dari Taman Tanjong, menciptakan ruang di mana anak-anak bisa tertawa, para orang tua bisa bersantai, dan pedagang kecil bisa mencari nafkah, semua dalam harmoni.
“Ini bagian dari pemberdayaan. Ekonomi harus bergerak, tapi lingkungan juga harus terjaga,” jelas Bupati Edi Damansyah.
Tapi tantangan sesungguhnya baru dimulai. “Membangun itu mudah, yang sulit adalah merawat,” ujar Edi saat peresmian.
Ia mengingatkan bahwa keindahan taman ini tak akan bertahan tanpa kesadaran bersama. Dan di bawah rindangnya pepohonan yang baru ditanam, Taman Tanjong pun mulai menulis cerita baru sebagai simbol kebangkitan ruang publik di Tenggarong, yang tak hanya hijau, tetapi juga hidup dengan harapan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5189239/original/069998200_1744770668-IMG-20250416-WA0007.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)