WHO Ungkap Situasi Terbaru Rumah Sakit Al-Ahli Gaza Pasca Serangan Israel

WHO Ungkap Situasi Terbaru Rumah Sakit Al-Ahli Gaza Pasca Serangan Israel

JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap kondisi terkini Rumah Sakit al-Ahli di Gaza yang mengalami kerusakan parah akibat serangan udara Israel. WHO menyebut situasi di rumah sakit tersebut sudah berada dalam kondisi tak terlukiskan.

“Hari demi hari kami menyaksikan serangan terhadap rumah sakit, petugas medis, dan fasilitas kesehatan. Ini tidak dapat diterima,” ujar Dr. Margaret Harris, juru bicara WHO, kepada BBC.

Menurut laporan, serangan rudal yang terjadi pada Minggu, 13 April tengah malam menghancurkan laboratorium genetika dua lantai dan merusak bangunan apotek serta ruang gawat darurat. Serangan itu merupakan yang kelima terhadap rumah sakit al-Ahli sejak konflik Gaza kembali memanas pada Oktober 2023.

Keuskupan Anglikan Yerusalem, yang mengelola rumah sakit al-Ahli, menyatakan  militer Israel hanya memberikan waktu 20 menit bagi staf dan pasien untuk mengevakuasi diri sebelum serangan dilakukan. Meski tidak ada korban jiwa langsung dari serangan itu, seorang anak yang sebelumnya mengalami cedera kepala dilaporkan meninggal karena proses evakuasi yang terburu-buru.

Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengonfirmasi bahwa ruang gawat darurat, laboratorium, mesin X-ray, dan apotek di rumah sakit itu telah dihancurkan. Sebanyak 50 pasien terpaksa dipindahkan ke rumah sakit lain, namun 40 pasien dalam kondisi kritis tidak bisa dipindahkan.

“Rumah sakit dilindungi berdasarkan hukum humaniter internasional. Serangan terhadap layanan kesehatan harus dihentikan. Sekali lagi kami tegaskan bahwa pasien, petugas kesehatan, dan rumah sakit harus dilindungi,” tegas Dr. Tedros.

Sementara itu, militer Israel mengklaim serangan itu menargetkan pusat komando dan kendali teror milik Hamas, dan menyatakan bahwa tidak ada aktivitas medis yang berlangsung di gedung yang diserang. Mereka juga menyebut telah memberikan peringatan awal sebelum Israel melancarkan serangan yang disebut sebagai serangan presisi.

Namun, klaim tersebut ditanggapi keras oleh pihak Gereja Inggris. Dalam pernyataan resmi, para uskup menyampaikan rasa kesedihan, kemarahan, dan keprihatinan atas serangan terhadap rumah sakit tersebut.

“Israel belum memberikan bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa rumah sakit digunakan untuk kepentingan militer,” tulis pernyataan resmi tersebut.

Mereka juga mengecam pendeknya waktu evakuasi yang diberikan.

“Waktu yang sangat terbatas bagi staf dan pasien untuk meninggalkan rumah sakit adalah bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan martabat dasar manusia,” tambah pernyataan itu.

Dr. Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di Gaza, memperingatkan bahwa rumah sakit al-Ahli kini tidak mampu menerima pasien baru.

“Al-Ahli adalah rumah sakit trauma utama di utara Wadi Gaza dan satu-satunya yang memiliki CT scan yang berfungsi di wilayah itu,” katanya.

Ia juga menyoroti kelangkaan pasokan medis yang semakin parah akibat blokade Israel. WHO memiliki persediaan di gudang Deir al-Balah, Gaza selatan, namun distribusinya terhambat.

“Kami punya sarung tangan dan gaun bedah di gudang, tapi tidak bisa kami kirim karena tidak difasilitasi,” ujar Dr. Peeperkorn.

Seorang dokter ortopedi di al-Ahli, Dr. Ahmed al-Shurafa, mengatakan kondisi perawatan bagi pasien yang tersisa sudah jauh dari standar medis.

“Kami tidak bisa melakukan operasi karena tidak ada lagi dukungan laboratorium, apotek, atau rujukan darurat. Pelayanan kami kini lebih mirip seperti penginapan,” ungkapnya.

Serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza mendapat kecaman internasional, terlebih setelah insiden sebelumnya yang juga menarget rumah sakit dan tenaga medis.

WHO dan lembaga-lembaga kemanusiaan menyerukan penghentian serangan terhadap fasilitas kesehatan dan perlindungan terhadap warga sipil serta tenaga medis di wilayah konflik.