TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) telah menghabiskan lebih dari 200 juta dollar untuk amunisi presisi dalam serangan intensif terhadap kelompok Houthi di Yaman.
Menurut laporan New York Times, biaya operasi perang ini diperkirakan akan melampaui 1 miliar dollar dalam waktu dekat.
Meskipun serangan yang dilakukan AS, yang dikenal sebagai Operasi Rough Rider, berlangsung besar-besaran, pejabat AS mengakui bahwa serangan tersebut belum mampu menggoyahkan kekuatan Houthi.
“Serangan ini tidak mengubah kemampuan operasional mereka secara signifikan,” ungkap seorang pejabat militer yang meminta namanya dirahasiakan.
Padahal sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengeklaim bahwa serangan tersebut membuat Houthi “hancur lebur”.
Namun laporan menunjukkan bahwa sebagian besar persenjataan bawah tanah, termasuk rudal dan drone milik Yaman, tetap utuh, mengutip Al Mayadeen.
Bunker-bunker yang kuat dan persediaan senjata tersembunyi telah mengurangi dampak dari serangan udara yang dilakukan oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS.
Skala Operasi dan Kekhawatiran di Pentagon
Operasi Rough Rider, yang diluncurkan pada 15 Maret 2025, melibatkan dua kapal induk, pesawat pengebom B2, jet tempur, dan sistem pertahanan udara seperti Patriot dan THAAD.
Para pejabat memperingatkan bahwa penggunaan besar-besaran amunisi canggih, seperti rudal Tomahawk dan bom luncur, dapat memberikan tekanan pada persediaan Angkatan Laut AS.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran di kalangan perencana Pentagon mengenai kesiapan menghadapi potensi konflik di masa depan, terutama dengan China terkait Taiwan.
Meskipun serangan AS, Houthi tetap melancarkan operasi terhadap pengiriman barang yang terafiliasi dengan pendudukan Israel melalui Laut Merah.
Penilaian internal menunjukkan bahwa serangan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap kemampuan operasional Houthi.
New York Times berspekulasi bahwa Gedung Putih akan segera meminta dana tambahan dari Kongres untuk mempertahankan kampanye yang diperkirakan akan berlangsung hingga enam bulan ke depan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun serangan telah dilakukan, tantangan terhadap kekuatan Houthi di Yaman masih jauh dari selesai.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)