Jakarta –
Israel mengancam akan memberikan respons keras terhadap tiga roket yang disebutnya telah ditembakkan dari Lebanon pada hari Sabtu (22/3). Perdana Menteri Lebanon pun memperingatkan bahwa negara itu berisiko terseret ke dalam “perang baru”.
Gencatan senjata yang rapuh yang mulai berlaku pada tanggal 27 November lalu, telah dirusak oleh tuduhan pelanggaran berulang kali oleh kedua belah pihak. Namun, ancaman Israel ini menandai ancaman terbesar sejauh ini terhadap ketenangan relatif di daerah perbatasan kedua negara.
Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (22/3/2025), sirene serangan udara berbunyi di kota perbatasan Metula pada Sabtu pagi waktu setempat. Militer Israel mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya sejak gencatan senjata, sirene berbunyi sebagai respons atas tembakan roket dari Lebanon.
Militer Israel mengatakan ketiga roket itu berhasil dicegat dan belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.
Namun, kepala pertahanan Israel mengatakan bahwa mereka menganggap pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas semua serangan musuh dari wilayahnya, terlepas dari siapa yang meluncurkannya.
“Kami tidak dapat membiarkan serangan dari Lebanon mengenai masyarakat Galilea,” kata Menteri Pertahanan Israel Katz, merujuk pada kota-kota dan desa-desa di utara, yang banyak di antaranya dievakuasi setelah kelompok militan Lebanon, Hizbullah, mulai menggempur Israel untuk mendukung Hamas pada Oktober 2023.
“Pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas serangan dari wilayahnya. Saya telah memerintahkan militer untuk meresponsnya sebagaimana mestinya,” kata Katz.
Lihat juga Video: Israel Wanti-wanti Hizbullah Tak Luncurkan Drone Militer
“Kami menjanjikan keamanan bagi masyarakat Galilea, dan itulah yang akan terjadi. Nasib Metula sama dengan nasib Beirut,” imbuhnya.
Panglima angkatan bersenjata Israel, Eyal Zamir memperingatkan militer akan “merespons dengan tegas”.
“Negara Lebanon bertanggung jawab untuk menegakkan perjanjian tersebut,” katanya, mengacu pada gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang ditandatangani oleh pemerintah di pihak Lebanon.
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam memperingatkan negara itu berisiko terjerumus ke dalam “perang baru” setelah berbulan-bulan relatif tenang.
“Salam memperingatkan terhadap operasi militer baru di perbatasan selatan, karena risiko yang ditimbulkannya menyeret negara itu ke dalam perang baru, yang akan membawa malapetaka bagi Lebanon dan rakyat Lebanon,” kata kantor Salam.
Lihat juga Video: Israel Wanti-wanti Hizbullah Tak Luncurkan Drone Militer
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini