Selamat Jalan Elsa Laksono, Dokter Gigi Pendaki yang Berpulang di Carstensz
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Di sudut Rumah Duka Carolus, Jakarta Timur, Senin (3/3/2025) malam, aroma bunga segar bercampur suasana yang berkabung.
Pintu masuk dipenuhi karangan bunga yang berjajar rapi, menyampaikan pesan perpisahan bagi
Elsa Laksono
.
Elsa merupakan seorang pendaki senior yang tidak hanya mencintai gunung, tetapi juga mengabdikan hidupnya untuk menyembuhkan orang lain.
“Turut berduka cita atas meninggalnya sahabat kami tercinta Drg Elsa Laksono,” begitu salah satu pesan tertulis di antara tumpukan bunga duka.
Elsa, seorang dokter gigi yang juga petualang sejati, mengembuskan napas terakhirnya di ketinggian ribuan meter.
Ia “pergi” dalam perjalanan pulang dari Puncak Carstensz, bukan karena menyerah, tetapi karena alam yang dicintai memanggilnya lebih dulu.
Bersama tim ekspedisi beranggotakan sepuluh orang, Elsa berangkat menaklukkan Carstensz Pyramid, salah satu puncak tertinggi di Indonesia.
Sejak Rabu (26/2/2025), Elsa dan rekan-rekannya bertolak dari Timika menuju Yellow Valley menggunakan helikopter.
Perjalanan mendaki dimulai dua hari kemudian, melewati medan menantang, dari bebatuan curam hingga jembatan Tyrollean yang menggantung di ketinggian.
Hari itu, Puncak Carstensz mereka taklukkan. Namun, di perjalanan turun, tubuh Elsa mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang luar biasa.
Hipotermia merayap pelan, mengikis setiap tenaga yang tersisa.
Bersama sahabatnya, Lilie Wijayanti Poegiono, Elsa terus berjuang melawan dingin yang menusuk hingga akhirnya, keduanya harus menyerah pada hukum alam.
Di basecamp, pemandu pendakian Yustinus Sondegau bergerak cepat membawa pertolongan.
Sleeping bag, fly sheet, air panas—semua dikerahkan untuk menyelamatkan mereka yang bertahan di ketinggian.
Namun, Elsa dan Lilie telah pergi lebih dulu, meninggalkan jejak mereka di bebatuan Carstensz, saksi bisu keberanian yang tak pernah padam.
Senin malam, di Ruang Petrus C, Rumah Duka Carolus, Jakarta, orang-orang yang mencintai Elsa berkumpul.
Pelukan erat dan air mata menjadi bahasa duka yang tak perlu diucapkan.
Buket bunga dari berbagai penjuru menghiasi ruangan, mulai dari Alumni Angkatan 84 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti hingga teman-teman sesama pendaki.
Saat ambulans tiba membawa peti Elsa dari Bandara Soekarno-Hatta, sunyi menyelimuti seketika.
Petugas rumah duka dengan hati-hati memindahkan peti yang masih dilapisi lakban cokelat itu.
Ada sesuatu yang menggetarkan dari momen itu, seakan Elsa baru saja kembali dari perjalanan panjangnya, tetapi kali ini, tanpa ransel dan sepatu gunungnya.
Elsa mungkin telah pergi, tetapi namanya akan tetap hidup di antara mereka yang mencintainya.
Di antara para pendaki yang akan selalu mengenangnya dalam langkah-langkah mereka menapaki jalur berbatu.
Elsa pergi di tempat yang ia cintai, di ketinggian yang selalu menjadi rumah bagi jiwanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
9 Selamat Jalan Elsa Laksono, Dokter Gigi Pendaki yang Berpulang di Carstensz Megapolitan
/data/photo/2025/03/03/67c5b231db653.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)