Jakarta, Beritasatu.com – Sholat (salat) jamak dan qasar adalah keringanan yang diberikan kepada umat Islam dalam melaksanakan ibadah sholat, terutama saat sedang dalam perjalanan. Meskipun sering disebut bersamaan, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam hal tujuan dan pelaksanaannya.
Sholat jamak adalah menggabungkan dua sholat fardu dalam satu waktu, sedangkan sholat qasar adalah meringkas jumlah rakaat sholat yang memiliki empat rakaat menjadi dua rakaat.
Kedua keringanan ini diberikan sebagai bentuk kemudahan bagi umat Islam agar tetap bisa menjalankan kewajibannya meskipun dalam kondisi bepergian. Namun, tidak semua perjalanan membolehkan seseorang untuk menjamak atau mengqasar sholat.
Ada syarat dan ketentuan tertentu yang harus dipenuhi agar keringanan ini bisa diterapkan. Lalu, apa saja perbedaan mendetail antara sholat jamak dan qasar? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Sholat Jamak?
Sholat jamak merupakan penggabungan dua sholat dalam satu waktu, yang biasanya dilakukan dalam situasi tertentu, seperti ketika di perjalanan atau kondisi darurat.
Dalam praktiknya, sholat jamak dapat dilakukan dengan menggabungkan sholat Zuhur dan Asar, atau Maghrib dan Isya. Dalam hal ini, umat Islam diberikan kemudahan untuk melaksanakan sholat tanpa harus menunggu waktu sholat yang terpisah.
Apa Itu Sholat Qasar?
Sholat qasar merupakan pengurangan jumlah rakaat dari sholat fardu yang dilakukan oleh musafir. Sholat qasar diperbolehkan bagi yang sedang dalam perjalanan dan dapat dilakukan dengan mengurangi sholat empat rakaat, seperti sholat Zuhur, Asar, dan Isya, dapat dipersingkat menjadi dua rakaat.
Dalam pandangan mazhab Syafi’i, seorang musafir dapat melakukan sholat qasar tanpa batasan waktu tertentu, selama ia tidak menetap lebih dari tiga hari di suatu tempat. Dengan demikian, sholat qasar menunjukkan lebih terfokus pada kondisi perjalanan dan pengurangan jumlah rakaat dalam bentuk kemudahan.
Tujuan Sholat Jamak dan Qasar
Tujuan dari sholat jamak adalah untuk memudahkan umat Islam dalam melaksanakan ibadah sholat ketika berada dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan sholat pada waktu yang ditentukan.
Misalnya, saat hujan deras atau dalam perjalanan jauh. Sholat jamak dapat dilakukan tanpa adanya uzur yang kuat, sehingga memberikan kenyamanan bagi umat Islam.
Sholat qasar lebih spesifik untuk musafir dan bertujuan untuk meringankan beban ibadah bagi mereka yang sedang dalam perjalanan. Dalam konteks ini, sholat qasar hanya diperbolehkan bagi mereka yang memenuhi syarat sebagai musafir.
Musafir merupakan orang yang melakukan perjalanan sejauh tertentu (biasanya sekitar 81 km atau lebih) dan tidak menetap lebih dari tiga hari di suatu tempat. Dengan demikian, sholat qasar memberikan kemudahan dalam jumlah rakaat yang harus dilaksanakan.
Pelaksanaan Sholat Jamak dan Qasar
Dalam pelaksanaan sholat jamak, dua sholat yang berbeda dapat digabungkan dalam satu waktu, baik itu menggabungkannya di waktu sholat yang pertama (jamak takdim) maupun di waktu sholat yang kedua (jamak takhir).
Misalnya, seorang Muslim dapat melaksanakan sholat Zuhur dan Asar secara bersamaan pada waktu Zuhur atau Asar. Hal ini dilakukan dengan niat untuk menjamak sholat.
Dalam pelaksanaan sholat qasar, seorang musafir hanya melakukan dua rakaat dari sholat yang biasanya empat rakaat. Misalnya, jika seorang musafir melaksanakan sholat Zuhur, ia hanya perlu melaksanakan dua rakaat saja. Sholat qasar ini dilakukan dengan niat untuk mengurangi jumlah rakaat karena statusnya sebagai musafir.
Dasar Hukum Sholat Jamak dan Qasar
Dasar hukum sholat jamak terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, di mana Nabi Muhammad SAW pernah melakukan sholat jamak dalam perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa sholat jamak diperbolehkan dalam situasi tertentu untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam.
Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bepergian sebelum matahari tergelincir, beliau mengakhirkan pelaksanaan sholat Zuhur ke waktu sholat Asar. Kemudian beliau singgah dan menjamak (menggabungkan) sholat Zuhur dengan sholat Asar. Dan apabila matahari telah tergelincir sebelum beliau bepergian, maka beliau sholat Zuhur terlebih dahulu kemudian setelah itu berangkat.”
Dasar hukum sholat qasar juga terdapat dalam hadis yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengizinkan para musafir untuk mengurangi jumlah rakaat sholat. Dalam pandangan mazhab Syafi’i, seorang musafir dapat melakukan sholat qasar tanpa batasan waktu tertentu, selama ia tidak menetap lebih dari tiga hari di suatu tempat.
