Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Investasi Foxconn Tak Kunjung Realisasi, BKPM Ungkap Biang Keroknya

Investasi Foxconn Tak Kunjung Realisasi, BKPM Ungkap Biang Keroknya

Jakarta

Rencana Foxconn untuk menanamkan modalnya di Indonesia tak kunjung terwujud. Padahal perusahaan asal Taiwan itu berencana groundbreaking di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang pada Agustus 2022.

Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Dendy Apriandi mengisyaratkan belum ada titik terang soal rencana investasi Foxconn.

“(Kabar investasi Foxconn) kayaknya sih belum terlihat lagi,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (14/1/2025).

Menurut Dendy, salah satu permasalahan yang mengganjal realisasi investasi Foxconn adalah masalah regulasi. Foxconn disebut meminta lebih dari yang dapat dipenuhi pemerintah Indonesia.

“Lebih kepada ada hal yang mereka inginkan, tapi belum bisa kita penuhi. Regulasinya, pasti regulasi. Mereka minta di luar yang bisa kita berikan,” tuturnya.

Sayangnya Dendy belum bisa memperbaiki regulasi apa yang dimaksud. Padahal dalam hal penyediaan produksi, Indonesia memiliki banyak kawasan industri yang siap menampung investasi Foxconn.

Dalam catatan detikcom, Foxconn sebelumnya disebut akan mengembangkan ikut ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Groundbreaking pabrik Foxconn sudah direncanakan pada Agustus 2022, namun diundur dan belum terealisasi hingga sekarang.

Nota kesepahaman perjanjian investasi telah ditandatangani pada awal Januari 2022 lalu. Foxconn akan berinvestasi dalam industri kendaraan listrik Tanah Air.

“Awal bulan kami sudah menandatangani MoU dengan Foxconn. Jadi Foxconn akan masuk di batang,” kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (31/1) lalu.

Berdasarkan bahan paparan Bahlil, kerja sama Foxconn untuk membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia memiliki nilai investasi sebesar US$ 8 miliar atau setara Rp 114,57 triliun (kurs Rp 14.321).

(acd/acd)