TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua dari 5 penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis yang dapat melemahkan dan merapuhkan tulang sehingga lebih berisiko patah.
Osteoporosis juga merupakan masalah kesehatan kronis di Asia karena diperkirakan 50 persen kejadian patah tulang panggul diakibatkan oleh osteoporis pada tahun 2050.
Selain itu, sebanyak 63 persen lansia akan mengalami penurunan aktivitas akibat penyakit ini sehingga pencegahan menjadi prioritas penting yang harus digaungkan.
Osteoporosis tak hanya berdampak pada kesehatan fisik semata, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan.
Kondisi ini dapat mengurangi mobilitas, menyebabkan rasa sakit, hingga menghilangkan kemandirian seseorang. Ketidakmampuan untuk bergerak bebas juga dapat memengaruhi rasa percaya diri, memunculkan perasaan tidak berdaya, dan bahkan stres.
Oleh karena itu, pencegahan sejak dini sangatlah penting agar masyarakat dapat tetap aktif dan menikmati hidup dengan penuh kebebasan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menegaskan pentingnya pencegahan dan deteksi dini.
“Osteoporosis sering kali tidak terdeteksi hingga terjadi kerusakan tulang, yang membutuhkan perawatan jangka panjang dan memberikan beban ekonomi serta sosial bagi keluarga yang merawat,” katanya di sela-sela kegiatan “Jalan Kaki 10 Ribu Langkah” di Plaza Tenggara GBK yang diikuti 10 ribu orang, Minggu kemarin.
Dikatakannya, osteoporosis sebenarnya bisa dicegah sejak dini melalui pola hidup sehat, nutrisi yang cukup, aktivitas fisik teratur, dan pemeriksaan rutin. Bersama-sama, kita perlu menjaga kesehatan tulang bagi masyarakat Indonesia.
Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR, M.S(K), FIPM(USG) menyinggung tentang osteopenia yakni kondisi ketika kepadatan tulang seseorang lebih rendah dari normal, tetapi belum mencapai tingkat osteoporosis.
Osteopenia terjadi karena proses resorpsi lebih dominan dibandingkan dengan formasi tulang sehingga menyebabkan kerusakan mikroarsitektural pada tulang.
Beberapa faktor seperti usia tua, penurunan estrogen, dan kurangnya aktivitas fisik dapat mendorong ketidakseimbangan yang pada akhirnya meningkatkan risiko osteoporosis.
“Jalan kaki 10.000 langkah sangat direkomendasikan untuk menjaga kepadatan tulang dan memperlambat proses penurunan massa tulang,” katanya.
President Director, Fonterra Brands Indonesia, Yauwanan Wigneswaran mengatakan, berdasarkan pemindaian tulang (Bone Scan) gratis yang dilakukan perusahaannya selama Januari-Desember 2024, sekitar 50% (67.547) dari kurang lebih 150.000 peserta menunjukkan risiko osteoporosis sedang ke tinggi.
“Dari hasil pemindaian tersebut, peserta dalam kategori ini memiliki angka kepadatan tulang yang rendah sebesar
Untuk inilah, kata Tauwanan pihaknya menggaungkan kembali semangat untuk mencegah osteoporosis yang diikuti oleh 10 ribu masyarakat Jakarta, bersama PEROSI dan Kemenkes RI.
“Kegiatan ini merupakan awal dari kampanye besar kami untuk mendorong masyarakat Indonesia agar rajin melakukan aktivitas fisik sederhana seperti berjalan kaki setipa hari,” katanya. (Eko Sutriyanto)