Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

8 Fakta Taman Literasi Blok M yang Viral Akibat Isu Bikin Konten Harus Izin Ormas

8 Fakta Taman Literasi Blok M yang Viral Akibat Isu Bikin Konten Harus Izin Ormas

M Rodhi Aulia • 12 Januari 2025 10:10

Jakarta: Taman Literasi Martha Christina Tiahahu di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, tengah menjadi perbincangan hangat. Video viral yang memperlihatkan seorang pengunjung, diminta izin oleh pria diduga dari ormas, yang hendak membuat konten di taman tersebut. Aksi ini mengundang reaksi luas dari masyarakat. Beberapa pihak menduga adanya pungutan liar dalam pengelolaan izin pembuatan konten di taman tersebut.

Taman ini sebenarnya dikenal sebagai ruang terbuka hijau sekaligus pusat kegiatan literasi bagi warga Jakarta. Diresmikan kembali pada September 2022 setelah revitalisasi besar-besaran, taman ini dirancang untuk menjadi ruang ketiga yang menggabungkan estetika, literasi, dan akses transportasi publik.

Namun, isu pungli yang mencuat belakangan ini mencoreng fungsi utama taman tersebut sebagai ruang publik.

Baca juga: 7 Tempat Jogging Terbaik di Jakarta, Yuk Sehat Bersama!

Di tengah sorotan publik, penting untuk memahami fakta-fakta menarik seputar Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, mulai dari sejarah, fasilitas, hingga perannya sebagai bagian dari kawasan berorientasi transit. Berikut 8 fakta menarik yang perlu diketahui:

Dinamai untuk Mengenang Pahlawan Nasional
Taman ini dinamai Martha Christina Tiahahu, seorang pahlawan nasional perempuan asal Maluku. Filosofi taman ini pun mengangkat karakter pejuangannya, termasuk adanya kolam refleksi yang berorientasi ke tanah kelahirannya di Nusalaut, Maluku.

Sejarah Panjang Sejak 1948
Taman ini sudah ada sejak masa awal kemerdekaan Indonesia, yakni tahun 1948. Dirancang oleh M. Soesilo, taman ini diresmikan pada 1955 bersamaan dengan peresmian Kebayoran Baru sebagai kota satelit modern pertama di Indonesia.

Revitalisasi Dimulai pada 2021
Proses revitalisasi taman ini dimulai pada Oktober 2021 dan selesai pada September 2022. Proyek ini dilakukan oleh PT Integrasi Transit Jakarta, anak perusahaan PT MRT Jakarta, sebagai bagian dari pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD).

Luas 9.710 Meter Persegi
Dengan luas hampir satu hektar, taman ini menawarkan berbagai fasilitas modern yang mendukung kegiatan literasi dan rekreasi masyarakat.

Fasilitas yang Lengkap
Taman ini dilengkapi dengan plaza anak, amphitheater, healing garden, kedai kopi, ruang baca, toko buku, ruang literasi anak, musala, dan toilet. Bahkan, taman ini memiliki koleksi buku digital yang terhubung langsung dengan Perpustakaan DKI Jakarta.

Konsep “Landscraper” yang Unik
Desain taman ini mengusung konsep “landscraper,” yaitu menyamarkan bangunan menjadi bagian dari lanskap taman. Hal ini menciptakan visual yang serasi dengan tutupan hijau taman.

Bagian dari Kawasan Berorientasi Transit (TOD)
Taman ini terintegrasi dengan Stasiun MRT Blok M dan kawasan sekitarnya, menjadikannya contoh ideal pengembangan ruang publik yang mendukung transportasi umum.

Diproyeksikan sebagai Pusat Literasi Nasional
Dalam peresmiannya, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan, berharap taman ini menjadi pusat literasi nasional yang hidup dengan melibatkan komunitas pegiat literasi.

Taman Literasi Martha Christina Tiahahu sejatinya menjadi contoh pengelolaan ruang publik modern yang berorientasi pada literasi dan keberlanjutan. Namun, isu yang mencuat saat ini memicu desakan publik agar pengelolaan taman bebas dari praktik pungli dan tetap berfungsi sesuai dengan tujuannya.

Jakarta: Taman Literasi Martha Christina Tiahahu di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, tengah menjadi perbincangan hangat. Video viral yang memperlihatkan seorang pengunjung, diminta izin oleh pria diduga dari ormas, yang hendak membuat konten di taman tersebut. Aksi ini mengundang reaksi luas dari masyarakat. Beberapa pihak menduga adanya pungutan liar dalam pengelolaan izin pembuatan konten di taman tersebut.

Di tengah sorotan publik, penting untuk memahami fakta-fakta menarik seputar Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, mulai dari sejarah, fasilitas, hingga perannya sebagai bagian dari kawasan berorientasi transit. Berikut 8 fakta menarik yang perlu diketahui:

Dinamai untuk Mengenang Pahlawan Nasional
Taman ini dinamai Martha Christina Tiahahu, seorang pahlawan nasional perempuan asal Maluku. Filosofi taman ini pun mengangkat karakter pejuangannya, termasuk adanya kolam refleksi yang berorientasi ke tanah kelahirannya di Nusalaut, Maluku.

Sejarah Panjang Sejak 1948
Taman ini sudah ada sejak masa awal kemerdekaan Indonesia, yakni tahun 1948. Dirancang oleh M. Soesilo, taman ini diresmikan pada 1955 bersamaan dengan peresmian Kebayoran Baru sebagai kota satelit modern pertama di Indonesia.

Revitalisasi Dimulai pada 2021
Proses revitalisasi taman ini dimulai pada Oktober 2021 dan selesai pada September 2022. Proyek ini dilakukan oleh PT Integrasi Transit Jakarta, anak perusahaan PT MRT Jakarta, sebagai bagian dari pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD).

Luas 9.710 Meter Persegi
Dengan luas hampir satu hektar, taman ini menawarkan berbagai fasilitas modern yang mendukung kegiatan literasi dan rekreasi masyarakat.

Fasilitas yang Lengkap
Taman ini dilengkapi dengan plaza anak, amphitheater, healing garden, kedai kopi, ruang baca, toko buku, ruang literasi anak, musala, dan toilet. Bahkan, taman ini memiliki koleksi buku digital yang terhubung langsung dengan Perpustakaan DKI Jakarta.

Konsep “Landscraper” yang Unik
Desain taman ini mengusung konsep “landscraper,” yaitu menyamarkan bangunan menjadi bagian dari lanskap taman. Hal ini menciptakan visual yang serasi dengan tutupan hijau taman.

Bagian dari Kawasan Berorientasi Transit (TOD)
Taman ini terintegrasi dengan Stasiun MRT Blok M dan kawasan sekitarnya, menjadikannya contoh ideal pengembangan ruang publik yang mendukung transportasi umum.

Diproyeksikan sebagai Pusat Literasi Nasional
Dalam peresmiannya, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan, berharap taman ini menjadi pusat literasi nasional yang hidup dengan melibatkan komunitas pegiat literasi.

Taman Literasi Martha Christina Tiahahu sejatinya menjadi contoh pengelolaan ruang publik modern yang berorientasi pada literasi dan keberlanjutan. Namun, isu yang mencuat saat ini memicu desakan publik agar pengelolaan taman bebas dari praktik pungli dan tetap berfungsi sesuai dengan tujuannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(DHI)