TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Israel tengah merencanakan langkah strategis untuk membagi Suriah menjadi beberapa provinsi dalam waktu dekat.
Rencana ini muncul setelah para menteri dan pejabat Israel mengadakan pertemuan penting pada minggu ini.
Dalam diskusi tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengusulkan pembagian Suriah menjadi tiga wilayah provinsi atau kanton yang berbeda.
Apa Saja Provinsi yang Direncanakan?
Rencana tersebut mencakup pembagian Suriah menjadi tiga wilayah utama:
1. Wilayah Kurdi di Timur Laut
2. Wilayah Druze di Selatan
3. Wilayah Rezim Assad di Damaskus
Menurut laporan dari Middle East Monitor, meskipun para politisi Israel menyadari bahwa setiap inisiatif semacam ini akan menghadapi perlawanan yang signifikan di Suriah, mereka percaya bahwa langkah ini dapat membantu menjaga keamanan Israel dan melindungi hak semua kelompok etnis Suriah, termasuk penduduk Druze dan Kurdi.
Apa yang Mendorong Rencana Ini?
Rencana pemecahan Suriah ini juga dipandang sebagai respons terhadap meningkatnya pengaruh Turki di kawasan tersebut.
Turki, yang kini menjadi pemain utama setelah mendukung kelompok-kelompok pemberontak yang melawan rezim Assad, berpotensi memengaruhi stabilitas di Suriah.
Media Israel Hayom melaporkan bahwa pemerintah Israel berusaha mengantisipasi keterlibatan Turki dan kekhawatiran mengenai kekuasaan baru di Suriah yang kini dipegang oleh pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Ahmed Al-Shara.
Apakah Israel Memanfaatkan Ketidakstabilan di Suriah?
Sebelum merencanakan pembagian wilayah, Israel telah meluncurkan serangkaian serangan udara yang menyasar berbagai lokasi di Suriah, termasuk ibu kota Damaskus.
Menurut laporan media lokal Qatar, sejumlah ledakan terdengar di sekitar gudang senjata dan pusat penelitian milik pasukan Suriah di Distrik Kafr Sousa, Damaskus.
Rami Abdel Rahman, yang mengepalai Syrian Observatory for Human Rights, mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menyasar depot senjata dan posisi-posisi yang dikuasai rezim Assad serta kelompok yang didukung Iran di Provinsi Deir Ezzor.
Banyak pihak berspekulasi bahwa serangan ini merupakan kesempatan bagi Israel untuk mengambil alih wilayah Suriah, terutama jika kekuasaan rezim Assad runtuh.
Peta Provokatif Diterbitkan Israel
Di tengah meningkatnya ketegangan, Israel juga menerbitkan peta provokatif yang mengeklaim wilayah Palestina, Yordania, Lebanon, dan Suriah sebagai bagian dari Israel.
Peta ini dipublikasikan oleh akun berbahasa Arab Kementerian Luar Negeri Israel pada 6 Januari 2025.
Dalam captionnya, mereka menyebutkan bahwa Kerajaan Israel telah berdiri sejak 3.000 tahun yang lalu.
Bagaimana Reaksi Dunia terhadap Peta Ini?
Tindakan tersebut memicu kecaman dari banyak pihak, termasuk Hamas, yang menggambarkan peta itu sebagai bukti lebih lanjut dari sifat kolonial Israel.
Negara-negara Arab juga secara tegas mengecam penerbitan peta ini dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengekang ambisi ekspansionis Israel.
Rencana Israel untuk memecah Suriah menjadi beberapa provinsi bukan hanya mencerminkan kepentingan nasionalnya, tetapi juga menyoroti dinamika kompleks yang terjadi di Timur Tengah.
Meskipun Israel berupaya untuk mempertahankan keamanan dan hak-hak kelompok etnis di Suriah, langkah ini berpotensi memicu lebih banyak konflik dan ketegangan di kawasan yang sudah rapuh.
Seiring dengan respons internasional yang muncul, masa depan Suriah tetap dipenuhi ketidakpastian.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).