Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Jejak Kaki Manusia Berusia 115 Ribu Tahun Ditemukan di Jazirah Arab

Jejak Kaki Manusia Berusia 115 Ribu Tahun Ditemukan di Jazirah Arab

Jakarta

Sekelompok arkeolog menemukan jejak kaki manusia saat sedang menelusuri Jazirah Arab. Jejak kaki ini diperkirakan tertinggal sekitar 115 ribu tahun lalu.

Ditemukan di antara jejak hewan prasejarah, jejak ini menandai penemuan penting dalam studi migrasi manusia dan kehidupan sebelum Zaman Es.

Jejak Kaki Manusia Purba

Pada 2017, jejak fosil itu ditemukan di wilayah dasar sebuah danau di bagian utara Arab Saudi. Jejak itu terdiri dari tujuh jejak kaki yang terpisah.

“Di sini, kami melaporkan jejak kaki dan fosil mamalia hominin dan non-hominin dari endapan danau Alathar di Gurun Nefud bagian barat, Arab Saudi,” catat para peneliti seperti dikutip dari Earth.com.

“Kami berpendapat bahwa jejak kaki tersebut, yang berasal dari zaman interglasial terakhir dan karenanya sezaman dengan penyebaran awal H. sapiens ke luar Afrika, kemungkinan besar merupakan bukti paling awal keberadaan spesies kita di Jazirah Arab,” kata para peneliti.

Tempat ditemukannya jejak kaki manusia purba di dasar sebuah danau di bagian utara Arab Saudi. Foto: Gilbert Price, The University of Queensland and Richard Clark-Wilson, Royal Holloway, University of LondonMemahami Teori ‘Out of Africa’

Hubungan antara manusia purba, Afrika, dan Arab berakar pada pola migrasi yang membentuk sejarah manusia. Sebagian besar ilmuwan percaya bahwa manusia modern, Homo sapiens, pertama kali berevolusi di Afrika sekitar 200 ribu tahun yang lalu.

Dari sana, mereka mulai menyebar ke seluruh dunia. Arab memainkan peran penting sebagai ‘gerbang’ bagi manusia purba ini.

Terletak di antara Afrika dan Asia, Jazirah Arab bertindak sebagai jembatan darat, yang memungkinkan manusia bermigrasi dari Afrika ke bagian lain dunia.

Seiring berjalannya waktu, bentang alam Tanah Arab yang bervariasi, dari gurun hingga wilayah pesisir, menyediakan sumber daya yang membantu manusia purba bertahan hidup dan menetap di wilayah tersebut.

Ketika manusia purba menjelajahi wilayah Arab, mereka tidak sekadar singgah, melainkan menjadikan tempat itu sebagai rumah mereka. Bukti menunjukkan bahwa manusia beradaptasi dengan lingkungan gurun yang keras, mengembangkan peralatan, dan membangun komunitas.

Namun, saat kita bahas di sini, teori tentang garis waktu pasti kedatangan H. sapiens di Arabia, terus berubah.

Dasar danau tampaknya merupakan tempat yang ramai lebih dari 100 ribu tahun yang lalu. Para ilmuwan mencatat bahwa jejak kaki tersebut, yang ditemukan dalam kondisi yang sama, kemungkinan besar terbentuk dalam jangka waktu yang sangat singkat.

“Sebuah studi eksperimental terhadap jejak kaki manusia modern di dataran lumpur menemukan bahwa detail halus hilang dalam waktu dua hari dan jejak tidak dapat dikenali lagi dalam waktu empat hari, dan pengamatan serupa telah dilakukan untuk jejak mamalia non-hominin lainnya,” jelas para peneliti.

Lumpur, tampaknya menjadi kanvas alam yang sempurna untuk menangkap sejarah, meskipun kesannya dapat hilang dengan cepat dari permukaan yang lembut.

Jejak Nenek Moyang Kita

Meski masa lalu itu rumit, beberapa teori telah diajukan tentang primata tegak pada era itu. Bukti yang semakin banyak menunjukkan bahwa jejak itu ditinggalkan oleh anggota spesies kita sendiri, Homo sapiens.

“Tujuh jejak kaki hominin berhasil diidentifikasi dengan pasti dan mengingat bukti fosil dan arkeologi penyebaran H. sapiens ke Levant dan Arabia selama era 130 ribu hingga 80 ribu tahun yang lalu, dan tidak adanya Homo neanderthalensis dari Levant pada saat itu, kami berpendapat bahwa H. sapiens bertanggung jawab atas jejak di Alathar,” ungkap para peneliti.

Lebih jauh lagi, para ahli mencatat bahwa ukuran jejak kaki Alathar lebih konsisten dengan jejak kaki H. sapiens awal daripada H. neanderthalensis.

Kunjungan Singkat ke Danau

Para ilmuwan tidak menemukan tanda-tanda dari peralatan atau pisau pada tulang-tulang hewan yang ditemukan di area tersebut. Dengan kata lain, tidak ada bukti perburuan. Apakah ini berarti manusia hanya mampir untuk minum?

“Kurangnya bukti arkeologi menunjukkan bahwa Danau Alathar hanya dikunjungi sebentar oleh manusia. Kunjungan tersebut, tampaknya, terutama dikaitkan dengan kebutuhan akan air minum,” kata para peneliti.

Jejak Terakhir Sebelum Zaman Es

Jejak kaki yang membatu itu menimbulkan pertanyaan nyata tentang siapa yang membuatnya, tetapi juga memunculkan pertanyaan menarik lainnya: mengapa jejak itu tidak tertutupi oleh jejak kelompok lain?

Satu teori lainnya adalah bahwa mereka mungkin orang-orang terakhir yang bermigrasi melalui iklim sedang sebelum punah oleh Zaman Es. Jejak kaki mereka yang terekam dalam lumpur, adalah pengingat akan sejarah yang mungkin tidak akan pernah kita pahami sepenuhnya.

Jejak kaki yang ditemukan di Danau Alathar tidak hanya mengungkap keberadaan manusia purba tetapi juga memberikan gambaran ekosistem yang ada 115 ribu tahun yang lalu.

Di sekitar jejak kaki manusia, para ilmuwan mengidentifikasi jejak hewan seperti gajah, unta, dan antelop. Penelitian ini menggambarkan gambaran jelas tentang lingkungan yang subur yang sangat berbeda dari gurun kering yang terlihat saat ini.

Makhluk prasejarah ini kemungkinan berkumpul di sekitar danau untuk minum air, seperti halnya manusia yang jejaknya diabadikan dalam lumpur.

Dengan menganalisis susunan spasial dan kedalaman jejak kaki, peneliti dapat menyimpulkan rincian tentang perilaku dan interaksi manusia dan hewan selama periode ini.

Misalnya, kedekatan jejak manusia dan hewan menunjukkan lingkungan dinamis dengan sumber daya seperti air menarik berbagai spesies, yang memungkinkan pertemuan singkat tetapi penting.

Penemuan ini membantu para ilmuwan menyusun tidak hanya sejarah manusia tetapi juga gambaran ekologi yang lebih luas di wilayah tersebut sebelum pergeseran iklim yang keras pada Zaman Es mulai tiba.

(rns/rns)