Keempat, konsumsi dan makanan selama di tanah suci. Pemerintah menjanjikan untuk menyajikan makanan bercita rasa Indonesia. Ini mesti harus dipenuhi. Sayang sekali, tahun lalu saja tidak semuanya dapat ditepati.
“Tahun lalu, kami menemukan bahwa tidak semua bumbu masakan didatangkan dari Indonesia. Persentasinya kecil. Yang besar malah didatangkan dari negara lain. Tentu ini harus diperbaiki. Harus dipastikan bahwa masakan yang ada standarnya bercita rasa Indonesia,” kaga dia.
“Lagi pula, penyediaan bumbu dapur ini penting. Untuk mencukupi kebutuhan 221.000 jamaah haji selama 40 hari adalah peluang bisnis bagi UMKM di Indonesia. Kenapa tidak dipercayakan saja pada gabungan UMKM untuk menyediakannya,” sambungnya.
Kelima, kata Saleh, transportasi untuk para jamaah. Transportasi adalah elemen penting yang harus dipastikan ketersediaan dan kenyamanannya. Sosialisasi terkait penggunaan alat transportasi ini sering kurang maksimal. Tidak heran, banyak jamaah yang kadang ditinggal dan mengalah dari jamaah asal negara lain. Padahal, transportasi ini adalah bagian yang dibayar dan dihitung secara ketat dalam ongkos haji.
Keenam, pelayanan jemaah pada saat armina. Pelayanan di armina ini harus benar-benar prima. Selain sulit dan padat karena jutaan jamaah terkumpul di satu tempat, armina adalah salah satu kunci pembeda antara haji dan umroh. Kesuksesan haji juga sangat ditentukan sukses tidaknya pelaksanaan seluruh ibadah pada armina.
“Kita mohon agar pemerintah memprioritaskan pelayanan di armina. Tenda harus dipastikan kecukupannya. Air, makanan, tempat ibadah, dan kebutuhan selama di armina harus cukup, lengkap, dan memuaskan jamaah”.