Indramayu –
Petani garam mengeluhkan rendahnya harga garam di pasaran. Di Indramayu misalnya, harga garam saat ini ada di kisaran Rp975,-/kg (K1), Rp850,0/kg (K2), dan Rp750,-/kg (K3).
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengharapkan harga garam bisa stabil. Akan tetapi, perlu diurutkan seusai dengan kualitas hingga biaya produksi untuk dapat mengukur stabilitas harga garam.
“Kalau seluruhnya diurutkan dengan baik, prosesnya bagus, kualitasnya bagus. Terus kemudian biaya produksinya juga terukur dengan baik, rasanya harga itu pasti akan terkontrol dengan baik,” kata Trenggono kepada wartawan di Gudang Garam Nasional Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (26/12/2024).
Ia menilai, kenaikan harga garam terjadi akibat biaya logistik permintaan pasokan. Saat ini, Trenggono juga tengah mengkaji apa yang menyebabkan harga garam tidak stabil.
“Kita sedang telusuri semua, supaya kita bisa dapat yang pasti persoalannya dari mana. Kalau misalnya soal logistik, maka logistik harus standar. Kalau misalnya soal kualitas, kualitas harus standar,” ungkapnya.
Sementara itu, Trenggono juga membuka ruang sinergi dengan Perum Bulog untuk melakukan penyerapan garam. Ke depan, ia juga mendorong koperasi garam ihwal pendanaan melalui kredit usaha rakyat (KUR).
“Kalau perlu saya bisa saja mengusulkan ke Bulog salah satunya komoditi garam bisa ditangani dengan baik. Tapi kan juga kita punya PT garam. Nanti ada lagi, ada badan baru yang khusus menangani produk pertanian, misalnya, pertanian dan perikanan serta garam,” tutupnya.
Dikutip dari detikJatim, anjloknya harga garam saat produksi melimpah dan minimnya serapan menjadi persoalan selalu dihadapi petani. Masalah klasik itupun diungkapkan petani garam di Kecamatan Pengarengan Sampang kepada salah satu anggota DPR RI meninjau stok garam di gudang perani.
Tajus Sakki, petani yang juga pelaku industri kecil menengah (IKM) garam konsumsi mengatakan stok garam masih menumpuk lantaran serapan garam industri dan konsumsi tidak maksimal.
Hal itu disebabkan masih ada impor garam masuk sehingga mempengaruhi serapan minim. Selain itu harga garam masih rendah sehingga petani enggan melepas garamnya.
“Kami berharap rencana pemerintah menyetop impor garam khusus garam konsumsi bisa segera direalisasikan. Sebab dengan upaya itu harga garam petani bisa stabil dan terserap maksimal,” kata Tajus Sakki, Rabu (18/12/2024).
(kil/kil)