Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fibrosis paru adalah gangguan pernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru-paru.
Kondisi ini menyebabkan paru-paru tidak berfungsi secara normal.
Jika fungsi paru-paru tidak normal, maka bisa membuat penderitanya mudah mengalami sesak napas.
Bahkan, orang tersebut bisa kesulitan walau hanya melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan kaki.
Menurut Dokter Spesialis Paru dr. Arini Purwono, Sp.P, ada beberapa kelompok orang yang rentan mengalami fibrosis ini.
Di antaranya perokok, orang dengan riwayat keluarga, hingga mereka yang memiliki penyakit metabolik.
“Yang paling rentan sudah pasti perokok, apalagi perokok berat ya. Dan sebenarnya, perokok pun bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga orang terdekatnya,” ungkap dr Arini pada talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Kamis (26/12/2024).
Kemudian orang yang rentan mengalami fibrosis adalah pekerja di lingkungan yang berisiko, seperti di sekitar debu atau asap.
Risiko itu terus meningkat jika pekerja tersebut tidak menggunakan alat pelindung yang baik dan sesuai saat bekerja.
“Sehingga pajanan di sekitar dia itu dengan mudahnya masuk dan menetap bertahun-tahun,” imbuhnya.
Selanjutnya, kemunculan fibrosis juga dipengaruhi oleh faktor genetik.
Misalnya, seseorang memiliki bapak perokok berat, atau ibu yang mempunyai bawaan genetik penyakit interstisial lung disease.
Maka, anaknya punya kemungkinan cukup besar untuk mengalami fibrosis.
Mungkin di kemudian hari, usia lanjut, atau mungkin bisa pada usia muda.
“Jadi, beberapa penyakit, kita bilang idiopatik pulmonary fibrosis, itu justru faktor risiko terbesarnya adalah rokok, dan juga ribuan penyakit keluarga yang memiliki penyakit yang sama, seperti itu. Jadi genetik ada,” paparnya.
Kemudian selain itu, orang dengan penyakit komorbid seperti diabetes hingga jantung juga bisa meningkatkan risiko terjadinya fibrosis.
“Jadi pasien dengan gula, diabetes terutama tidak terkontrol, penyakit jantung, penyakit keganasan, enggak harus kanker paru, keganasan apapun, itu juga menjadi faktor risiko,” pungkasnya.