Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan kecerdasan buatan milik Elon Musk, xAI, menggalang pendanaan US$ 6 miliar (Rp 97 triliun) dari Nvidia, Blackrock, Morgan Stanley dan investor lainnya.
Pendanaan tersebut dilaporkan Musk dalam keterbukaan di bursa pada Kamis (19/12/2024) yang dikutip oleh Tech Crunch. Sebanyak 97 investor berpartisipasi dalam pendanaan tersebut dengan investasi minimum US$ 77.593 (Rp 126 juta).
Identitas para investor kemudian dibeberkan oleh xAI. Investor yang terlibat, antara lain, adalah Andreessen Horowitz , Blackrock, Fidelity, Kingdom Holdings, Lightspeed, MGX, Morgan Stanley, OIA, QIA, Sequoia Capital, Valor Equity Partners, Vy Capital, Nvidia, dan AMD.
Suntikan modal baru ini membuat dana tunai yang dimiliki xAI mencapai US$ 12 miliar (Rp 195 triliun). CNBC International sebelumnya melaporkan bahwa xAI mengincar valuasi US$ 50 miliar.
Menurut Financial Times, investor yang diberikan kesempatan untuk ikut dalam pendanaan terakhir xAI hanyalah pemegang saham perusahaan gen AI tersebut. Selain itu, investor yang mendukung akuisisi Twitter oleh Elon Musk diberikan kesempatan untuk menguasai 25 persen saham xAI.
Musk mendirikan xAI tahun lalu lewat peluncuran Grok, platform teknologi AI serupa dengan ChatGPT. Grok disebut Musk sebagai “tipe pemberontak” yang bersedia menjawab “pertanyaan yang ditolak oleh AI lainnya.”
ChatGPT dihina oleh Musk sebagai sistem AI yang terlalu “woke” dan “pantas secara politik.” Grok kemudian diintegrasikan dengan X, media sosial yang dulu bernama Twitter. Pengguna X bisa menggunakan Grok dan bisa membangun aplikasi dengan mengakses edisi open source Grok.
Selain itu, Grok juga menciptakan gambar lewat integrasi dengan Flux. Berbeda dengan platform AI lain, gambar yang diciptakan Grok berdasarkan perintah teks tidak dibatasi oleh aturan-aturan apapun.
Musk berusaha mengejar perkembangan perusahaan AI lainnya, yaitu OpenAI sebagai pemilik ChatGPT dan Anthropic. Ia sempat menyatakan bahwa persaingan di industri AI tidak adil.
Bahkan, Musk melayangkan gugatan ke OpenAI dan Microsoft. Kedua perusahaan dituduh berusaha “menghancurkan kompetitor” seperti xAI dengan meminta investor di perusahaan mereka untuk tidak menanamkan modal di xAI.
(dem/dem)