TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut nilai tukar rupiah yang saat ini melemah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lain.
Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh Rp 16 ribu per dolar AS.
Menurut Airlangga, kondisi ini belum berpengaruh besar pada kondisi perekonomian nasional.
Dirinya mengeklaim fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.
Menko Perekonomian menuturkan, melemahnya nilai tukar rupiah jauh lebih baik jika dibandingkan nilai tukar mata uang negara tetangga terhadap dolar AS.
Misalnya, nilai tukar won Korea Selatan melemah sekitar 11 persen sejak awal 2024. Di lain pihak, nilai tukar yen jepang melemah 10,16 persen dan mata uang real Brasil terjun hingga 22,82 persen terhadap dolar AS.
“Indonesia masih 5,48 persen year to date. Jadi secara fundamental kita relatif lebih kuat,” kata Menko Airlangga, Senin (23/12/2024).
Airlangga menyebut, pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal.
Menurutnya, salah satu penyebabnya yakni kemenangan Donald Trump di pilpres Amerika Serikat.
Airlangga mengatakan, sejak Trump terpilih sebagai Presiden AS, mata uang dolar menguat hingga 6,5 persen.
Hingga perdagangan Senin (23/12/2024), indeks dolar AS terpantau berada di posisi 108,11.
Berdasarkan catatan Menko Perekonomian, nilai tukar rupiah melemah 2,73 persen sejak kemenangan Trump pada 5 November 2024.
Namun, pelemahan rupiah ini menurut Airlangga lebih kuat dibandingkan yang dialami mata uang won Korsel yang terdepresi hingga 3,55 persen, yen Jepang yang melemah hingga 4,6 persen, dan real Brasil yang terkoreksi hingga mencapai angka 5,11 persen.
Airlangga menuturkan, pelemahan rupiah juga memiliki sisi positif.
Menurutnya, kondisi ini meningkatkan daya saing ekspor, terutama untuk ekspor sumber daya alam yang jadi tumpuan Indonesia.
Selain itu, sisi positif melemahnya rupiah saat ini menjadikan neraca perdagangan RI terus berada di level positif.
Bahkan, Menko Perekonomian menyebut neraca perdagangan Indonesia melebar pada November 2024.
”SDA itu bahan baku rupiah, apakah itu nikel, batu bara, atau sawit. Nah itu kan lebih dari 50 persen (porsinya). Jadi pada saat terjadi pelemahan rupiah, tentu gain-nya akan naik,” ujarnya.
Ia mengaku fundamental ekonomi nasional masih kuat jika dibandingkan dengan negara Brasil.
Airlangga mengatakan, defisit anggaran RI yang minus 2,7 persen masih lebih baik dibandingkan Brasil yang minus mencapai 8,7 persen. Selain itu, defisit transaksi berjalan RI sebesar 0,7 persen juga lebih baik dibandingkan Brasil yang mencapai 2,9 persen.
“Debt to GDP dia (Brasil) 78 persen, kita 40 persen,” kata Airlangga