Surabaya (beritajatim.com) – Suasana Lebaran di kampung padat penduduk seperti Ngagel Tirto, Surabaya, berbeda dengan di kampung halaman. Jelang salat Idul Fitri, tak banyak aktivitas yang dilakukan warga. Mereka lebih memilih salat Id di musala kampung yang telah difasilitasi oleh warga.
Usai salat, tradisi menarik pun terjadi. Para warga yang mayoritas lansia ini bersalaman antar tetangga. Hal ini menjadi momen spesial bagi mereka untuk menjalin silaturahmi.
Bagi Marcianita, warga Ngagel Tirto yang tak memiliki kampung halaman, momen ini menjadi kesempatan untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan tetangga.
“Karena kita jarang bertemu dengan tetangga, momen seperti ini jadi kesempatan untuk berkumpul dan menjalin silaturahmi,” ungkapnya.
Yang paling dirindukan Marcianita di momen Lebaran adalah bertemu teman-teman masa kecilnya yang kini banyak tinggal di luar Surabaya. Momen reuni ini menjadi ajang untuk mengenang masa kecil dan mempererat tali persaudaraan.
Tak jarang, warga sekitar juga menggelar open house dan makan bersama, menambah kemeriahan momen Lebaran di kampung Ngagel Tirto.
Lebaran tahun ini memang berbeda, di mana Idul Fitri 1 Syawal 1445 H jatuh pada Rabu, 10 April 2024, dan disepakati bersama oleh NU dan Muhammadiyah.
Meskipun berbeda, tradisi Lebaran di kampung Ngagel Tirto tetap terasa istimewa. Kebersamaan, silaturahmi, dan reuni teman masa kecil menjadi momen yang tak terlupakan bagi para warga. (ted)