Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Jumat sore.
Berdasarkan data RTI, Jumat, 20 Desember 2024, IHSG berhasil ditutup menguat 6,62 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.983,86. Setelah sebelumnya pada sesi satu perdagangan hari ini sempat melemah dan menyentuh level terendah harian di 6.931,58.
Total saham yang telah diperdagangkan hari ini tercatat 19,9 miliar dengan nilai transaksi Rp12,48 triliun.
Sebanyak 296 saham tercatat menguat pada penutupan perdagangan hari ini sehingga menopang penguatan IHSG. Sementara 288 saham emiten juga tercatat melemah dan sisanya 202 saham stagnan.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia, hingga penutupan perdagangan hari ini terdapat tujuh sektor yang menguat dipimpin oleh sektor energi sebesar 0,57 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen primer dan sektor infrastruktur menguat sebesar 0,32 persen dan 0,29 persen.
Sementara itu, empat sektor melemah yaitu sektor industri turun paling dalam minus 0,97 persen, diikuti oleh barang konsumen nonprimer dan sektor transportasi & logistik yang masing- masing turun sebesar 0,40 persen dan 0,06 persen.
IHSG lawan arus pelemahan bursa kawasan
IHSG juga tercatat melawan arus pelemahan bursa kawasan. Pada sore ini, mayoritas bursa saham regional Asia melemah.
Indeks Nikkei melemah 111,68 poin atau 0,29 persen ke level 38.701,58, indeks Shanghai melemah 1,96 poin atau 0,06 persen ke posisi 3.368,07, indeks Kuala Lumpur melemah 8,68 poin atau 0,54 persen ke posisi 1.591,09, dan indeks Straits Times melemah 34,12 poin atau 0,91 persen ke 3.728,88.
“Bursa regional Asia cenderung bergerak mixed (variatif), di mana pasar merespons data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang memberikan indikasi perbaikan, yang dilatarbelakangi oleh data pertumbuhan ekonomi (GDP annualized qoq) yang naik dari sebelumnya 2,8 persen menjadi 3,1 persen,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dilansir Antara.
Pada sisi lain, sinyal hawkish Bank Sentral AS The Fed yang mengisyaratkan pemangkasan suku bunga acuan hanya dua kali pada tahun depan masih menjadi perhatian pelaku pasar, dimana pasar memiliki pandangan bahwa ancaman inflasi masih membayangi.
The Fed mengisyaratkan akan melakukan lebih sedikit pemangkasan pada 2025 karena inflasi yang tetap tinggi.
Sementara itu, pasar juga bereaksi terhadap kebijakan bank sentral Tiongkok, yaitu People’s Bank of China (PBOC), yang mempertahankan suku bunga acuan pinjaman satu tahun (LPR) pada 3,1 persen dan suku bunga lima tahun, yang menjadi acuan untuk hipotek properti, tetap tidak berubah di level 3,6 persen.
Kebijakan ini merupakan upaya untuk memacu pemulihan ekonomi dan merangsang konsumsi, mengingat ekonomi Tiongkok masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan meskipun pemerintah terus meluncurkan berbagai stimulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(ANN)