Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ancaman Deepfake Jadi Iklan Merebak, Kerugian Miliaran

Ancaman Deepfake Jadi Iklan Merebak, Kerugian Miliaran

Jakarta

Dalam beberapa hari ini beredar video dari Malaysia tentang penipuan memanfaatkan deepfake disertai informasi korban kena penipuan atau scam deepfake dengan kerugian RM 500.000 atau sekitar Rp 1,8 miliar.

Video ancaman AI deepfake memakan korban di Malaysia Foto: Dok. Vaksincom

Video yang beredar di Tiktok dan Instagram tersebut dibuat dalam dua versi yang yang pada dasarnya adalah video deepfake penipu yang memalsukan dari anak yang meminta uang kepada orang tuanya karena mengalami musibah. Sang ayah setuju transfer RM 500 tetapi anaknya meminta transfer RM 5.000 ke rekening temannya dan disetujui oleh orang tuanya.

Pada akhir video tersebut terungkap bahwa penelpon yang menghubungi kedua orang tua tersebut adalah palsu karena anak yang dipalsukan masuk ke ruangan orang tua tersebut. Dan setelah itu akan muncul iklan ponsel “H” asal China yang memiliki kemampuan mendeteksi deepfake.

Iklan ponsel “H” dengan teknologi deteksi deepfake Foto: Dok. Vaksincom

Referensi Berita

Berdasarkan klaim kerugian RM 500.000 pada header video tersebut, tercatat memang ada beberapa penipuan di Malaysia dengan kerugian RM 500.000 seperti penipuan yang menimpa tiga warga emas pada yang ditakuti penipu dan dituduh memiliki tunggakan pajak seperti pada gambar 3 di bawah ini.

Tiga warga emas ditipu RM 500.000 didakwa punya tunggakan cukai tanah Foto: Dok. Vaksincom

Ada juga penipuan yang menimpa seorang guru yang dituduh terlibat dalam perdagangan manusia dan pencucian uang sehingga diperas oleh orang yang mengaku dari kepolisian sehingga ketakutan dan melakukan transfer lebih dari RM 500.000

Namun, kedua penipuan di atas tidak memanfaatkan AI deepfake seperti yang diungkapkan pada video iklan dan memanfaatkan rekayasa sosial dan salah satunya malah dilakukan oleh orang dekat dari korban yang mengetahui dengan jelas tempat tinggal dan kondisi keuangan korban.

Promosi merek ponsel

Salah satu hal yang menarik adalah secara konsisten, dalam kedua iklan tersebut ponsel saingan dari merek “H” yaitu ponsel dengan merek “i” tersebut diposisikan sebagai ponsel penipu (lihat gambar 4)

Ponsel merek “i” diposisikan sebagai ponsel penipu Foto: Dok. Vaksincom

Dan ponsel saingan satunya lagi merek “S” yang digunakan oleh orang tua korban diposisikan sebagai korban yang agak gaptek

Ponsel saingan merek “S” diposisikan sebagai ponsel yg tidak memiliki kemampuan mendeteksi deepfake Foto: Dok. Vaksincom

Analisa

Penipuan memanfaatkan deepfake seperti yang diungkapkan dalam video memang bisa terjadi. Gambar video dan suara bisa dipalsukan menggunakan AI Artificial Intelligence dan menghasilkan video yang sulit dibedakan oleh mata telanjang.

Ponsel merek “H” mengklaim menggunakan teknologi untuk mendeteksi deepfake dengan menganalisa kontak mata, pencahayaan, kejelasan gambar dan video playback. Secara teknologi hal tersebut memang memungkinkan. Tetapi ada satu hal yang perlu disadari oleh pengguna teknologi.

Teknologi AI juga berkembang dengan sangat pesat dan kelemahan-kelemahan yang tadinya mudah terdeteksi satu persatu disempurnakan oleh AI dan makin lama akan makin sulit mengidentifikasi keaslian dari satu konten. Sehingga mengandalkan AI untuk mendeteksi AI palsu bisa saja dilakukan tetapi bukan merupakan jaminan akan mampu mendeteksi samua konten manipulasi AI. Karena itu tidak disarankan untuk hanya mengandalkan satu teknologi atau parameter untuk mendeteksi penipuan.

Konten tersebut sah-sah saja dijadikan peringatan untuk meningkatkan awareness atau kesadaran atas ancaman AI, tetapi salah juga kalau melihat AI sebagai monster jahat yang harus ditakuti dan digunakan sebagai sarana penipuan.

Pertanyaannya, apakah kalau sudah menggunakan ponsel “H” akan bebas dari penipuan? Jawabannya: TIDAK

Mungkin ponsel anda bisa membantu mengidentifikasi konten AI, tetapi penipuan tidak hanya menggunakan AI. Malah penipuan pada kedua berita di atas dengan kerugian lebih dari RM 500.000 yang dijadikan referensi justru tidak terindikasi menggunakan AI dan menggunakan rekayasa sosial untuk menakuti dan mengelabui korbannya.

Agar anda terhindar dari penipuan yang harus anda lakukan adalah:

Amankan aset digital anda dengan baik. Jaga kredensial penting seperti email, media sosial dan finansial dan pastikan dilindungi dengan perlindungan Otentikasi Dua Faktor yang akan mengamankan akun anda sekalipun kredensialnya berhasil dicuri.Gunakan password yang unik, panjang dan berbeda untuk setiap akun. Simpan password anda menggunakan password manager supaya aman dan mudah dikelola.Gunakan program anti phising pada ponsel seperti True Caller yang akan mengidentifikasi nomor telpon penipu dengan metode crowdsourcing dimana nama penelpon akan tampil di ponsel anda sekalipun tidak ada dikontak anda.Gunakan sandi rahasia atau pertanyaan rahasia yang hanya anda ketahui dengan keluarga anda, jika mendapatkan telepon darurat atau permintaan transfer uang.Lakukan kroscek dengan ketat dan pastikan anda tidak ditipu ketika melakukan transfer ke rekening yang tidak anda ketahui sebelumnya.

(asj/asj)