TRIBUNNEWS.COM – Khaled Nabhan adalah seorang kakek di Palestina, yang berduka atas kematian cucunya yang berusia tiga tahun dalam serangan udara Israel tahun lalu.
Serangan udara Israel telah membunuh cucunya, Reem, dan cucunya, Tarek, pada November 2023.
Foto-foto Khaled Nabhan menjadi berita utama saat kakek Palestina ini memeluk tubuh tak bernyawa cucunya, mengucapkan selamat tinggal sambil mencium mata cucunya dan membelai rambut serta wajahnya, memanggilnya “Rooh al-Rooh” atau “jiwa dari jiwaku” atau “Soul of My Soul”.
Pengalamannya menjadi simbol kehilangan yang dialami warga Palestina di Gaza dan ketangguhan yang terus mereka tunjukkan.
Dilansir Memo, Khaled Nabhan yang dikenal sebagai “Abu Diaa”, kini dikabarkan syahid dalam serangan Israel lainnya yang menargetkan kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah pada Senin (16/12/2024).
Sang kakek yang dihormati syahid dalam serangan Israel yang menargetkan rumah milik keluarga Abu Hajar.
Setidaknya empat orang lainnya tewas dalam pengeboman itu, termasuk seorang anak, menurut kantor berita Palestina Wafa.
Dalam beberapa minggu dan bulan setelah kehilangannya, Nabhan membantu tim penyelamat dan petugas medis merawat warga Palestina yang terluka – dan khususnya anak-anak – sambil mencoba mengatasi kesedihannya sendiri.
Para aktivis hak-hak Palestina memberikan penghormatan kepada Nabhan pada hari Senin, dengan banyak yang mengenang ikatannya dengan Reem serta tindakan amal yang dilakukannya pada bulan-bulan setelah dia terbunuh.
Seorang pendeta dan aktivis Palestina-Amerika, Omar Suleiman, mengatakan Nabhan dibunuh oleh “tentara paling jahat di dunia”, dilansir Al Jazeera.
Dilansir Kompas, Abu Diaa sempat menuliskan pesan terakhirnya di media sosial sebelum syahid terbunuh.
Khaled Nabhan menuliskan “Kami tetap tabah, Tanah Air-ku,”.
Abu Diaa memang merupakan warga di kamp pengungsian Nuseirat.
Khaled Nabhan memilih tetap tinggal di sana meski Zionis Israel sudah menggembor-gemborkan evakuasi dan terus melakukan pengeboman tak berperikemanusian.
Abu Diaa diketahui sering menyerukan kepada pemimpin dunia juga organisasi global untuk memperhatikan krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina.
Kakek Palestina ini pun mendapatkan banyak simpati atas dampak perang bagi para keluarga di Gaza.
Soul of My Soul
Khaled Nabhan menarik simpati dunia setelah sebuah video yang sangat menyentuh hati.
Pada bulan November 2023, ia menarik simpati global ketika rekaman viral menunjukkan ia mencium mata cucunya yang berusia tiga tahun, Reem, dan memeluk tubuhnya yang tak bernyawa setelah ia dibunuh, bersama cucunya Tarek, oleh Israel.
Penghormatannya, yang menggambarkan Reem sebagai “jiwa dari jiwaku”, menjadi simbol kuat dari penderitaan manusia yang mendalam yang disebabkan oleh genosida Israel di Gaza – sebuah gambaran kesedihan yang bergema di seluruh dunia.
Sekarang hampir 13 bulan setelah kehilangan Reem, pembunuhan Nabhan sendiri menggarisbawahi kebrutalan serangan Israel terhadap warga sipil di Gaza.
Media sosial dibanjiri penghormatan yang menggambarkan duka cita atas meninggalnya seorang kakek yang telah menjadi simbol global yang tidak disengaja atas kehilangan dan ketangguhan Palestina, dilansir Islam Channel.
(TRIBUNNEWS.COM/Ika Wahyuningsih)