Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Tanda ‘Kiamat’, 40% Bumi Kini Daratan Kering

Tanda ‘Kiamat’, 40% Bumi Kini Daratan Kering

Jakarta

Menurut laporan terbaru UN Convention to Combat Desertification (UNCCD) dari PBB, banyak bagian Bumi menjadi kering secara permanen dalam 3 dekade terakhir dan menghadirkan bahaya besar.

Sekitar 77,6% daratan Bumi menjadi lebih kering dalam 3 dekade sampai 2020, dibandingkan 30 tahun sebelumnya. Wilayah-wilayah lembap menjadi kering, dengan dampak serius untuk pertanian, ekosistem alam, dan umat manusia.

Dikutip detikINET dari National News, Rabu (11/12/2024) tanah kering bertambah menjadi 4,3 juta km persegi dalam 30 tahun terakhir. Artinya, 40% dari permukaan dunia, tidak termasuk Antartika, sekarang dianggap sebagai daratan kering.

Sekitar 2,3 miliar orang atau lebih dari 25% populasi dunia, hidup di area tersebut. Jika tren ini terus meningkat, jumlahnya akan mencapai 5 miliar di 2100. “Krisis kekeringan ini telah dicatat dengan kejelasan ilmiah, mengungkap ancaman eksistensial bagi miliaran orang di dunia,” cetus Ibrahim Tiaw, Executive Secretary UNCCD.

“Saat iklim menjadi lebih kering, kemampuan untuk kembali ke kondisi sebelumnya hilang. Iklim lebih kering yang sekarang berimbas pada daratan luas di seluruh dunia tidak akan kembali ke kondisi sebelumnya,” paparnya.

Menurut laporan ini, ketersediaan air di Timur Tengah dan Afrika Utara turun lebih dari 75% sejak 1950-an. Krisis kekeringan itu juga terkait dengan badai pasir dan debu lebih sering dan lebih besar di Timur Tengah. Pertanian khususnya berisiko, dimana lahan lebih kering jadi kurang produktif, menyebabkan kerawanan pangan.

Hotspot daratan kering meliputi AS bagian barat dan Brasil, Afrika tengah dan di Eropa, yang 95% di antaranya menjadi lebih kering secara permanen. Sementara itu, hanya kurang dari seperempat lahan di dunia mengalami kondisi yang lebih basah.

“Ini dapat memengaruhi akses terhadap air yang dapat mendorong manusia dan alam makin dekat ke titik kritis yang membawa bencana di mana manusia tidak lagi mampu membalikkan dampak buruk perubahan iklim,” sebut Barron Orr, kepala ilmuwan UNCCD.

Laporan PBB ini pun mendesak negara-negara untuk meningkatkan penggunaan lahan dan lebih efisien menggunakan air. Menanam tanaman yang membutuhkan lebih sedikit air dan metode irigasi yang lebih efisien, seperti irigasi tetes, akan dibutuhkan dalam skala yang jauh lebih besar.

(fyk/fay)