Jakarta, Beritasatu.com – I Wayan Agus Suartama, seorang penyandang disabilitas atau biasa disebut Agus Buntung, terlibat dalam kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan banyak korban perempuan. Terbaru, Agus melakukan reka ulang kejadian pelecehan seksual yang melibatkan 15 orang korban perempuan. Namun, ternyata aksi Agus Buntung diawali dengan manipulasi psikologis.
Salah satu korban kelima Agus Buntung, yang tidak disebutkan namanya mengatakan, awal mula percakapannya dengan pelaku dimulai dari manipulasi psikologis.
“Saya bertemu Agus di Taman Udayana sekitar pukul 08.00 Wita. Saat itu saya sendiri dan Agus mendekat dan berkata, ‘saya bukan pengemis. Saya hanya ingin bertanya, apakah saya berhak untuk hidup?’ saya menjawab bahwa setiap orang berhak untuk hidup,” ucapnya dikutip dari podcast Close The Door Deddy Corbuzier, Rabu (11/12/2024).
Ia melanjutkan, Agus pun mulai berbicara, tentang bagaimana ia sering dihakimi oleh banyak orang karena kondisi tubuhnya tidak mempunyai tangan atau buntung.
Setelah itu korban mengaku di-prank oleh Agus dan disuruh mencari namanya di YouTube.
“Karena saya kasihan, terus saya ikuti permintaannya. Setelah berbicara panjang lebar, Agus berterima kasih kepada saya dan berkata bahwa ia merasa dihargai. Dia menawarkan air minum sebagai tanda terima kasih, tetapi saya menolak karena merasa tidak nyaman menerima sesuatu dari orang asing. Agus memaksa dan membeli air, teteapi tidak langsung memberikannya,” ucapnya.
Setelah berbicara dengan penuh tipu daya, Agus pun membawa korbannya pindah ke Taman Sangkareang. Di sana Agus mencoba memberikan sosis ke korban, tetapi ditolak.
“Agus menyebut saya tidak menghargainya. Dalam perjalanan itu, banyak orang di taman yang mengenal Agus, tetapi korban tidak mengetahui bagaimana reputasi Agus di masyarakat,” ucapnya.
Setelah itu, mereka pergi ke tempat bermain dan berbincang. Saat larut malam, korban menyatakan ingin pulang, tetapi tidak tahu jalan kembali. Agus menawarkan untuk mengantar korban dan bersikeras bahwa dia tidak akan menyakitinya.
“Dia bilang enggak apa-apa aman sama saya, enggak akan diapa-apain kok, kan saya juga enggak punya tangan,” ucap korban.
Namun, perjalanan berlanjut ke sebuah homestay. Di sana, Agus meminta korban masuk ke kamar untuk beristirahat dengan alasan agar tidak digerebek warga. Korban mengaku seakan tak sadarkan diri hingga mau diajak untuk ke homestay. Bahkan, Agus juga mengajak korbannya untuk patungan membayar biaya homestay tersebut.
“Pas diajak itu (ke homestay), saya seperti kosong gitu dan tidak sadar. Saya merengek mau pulang, tetapi dia bilang suruh dia dan jangan berisik, karena nanti kalau ketahuan dan digerebek warga, nanti akan dinikahkan. Saya tidak mau nikah sama dia,” ucap korban.
Korban pun terpaksa mengikuti perintah Agus dan merasa terjebak hingga dipaksa mengunci pintu. Agus meminta korban rebahan, mematikan lampu, dan mendekatinya. Korban pun lari ke kamar mandi hingga Agus mengejarnya dan marah sampai keluarkan kata kasar.
Saat Agus menyadari tindakan korban, ia marah besar. Agus mulai menggedor pintu kamar mandi, menendang, dan mendobraknya hingga rusak. Ia juga berbicara kasar dan mengancam korban.
“Agus meminta uang saya sebagai kompensasi atas kerusakan pintu, meskipun saya tidak memiliki uang,” ucapnya.
Tak lama korban berhasil keluar dari homestay, tetapi tidak terlalu jauh. Hal itu karena ia menunggu temannya yang akan datang.
Namun, sebelum pergi, korban dikelilingi oleh warga karena Agus menuduhnya mencuri uang. Warga mulai mencurigai Agus setelah melihat perilakunya yang tidak konsisten dan tidak masuk akal.
Akhirnya warga menyuruh korban dan temannya pergi karena warga menilai Agus berbicara ngelantur. Dia mengungkap bahwa Agus juga sempat membaca mantra di Taman Udayana dan tempat lainnya, seolah-olah ia memiliki kekuatan mistis.
Korban kelima Agus buntung ini merupakan salah satu korban yang berhasil selamat dari tipu muslihatnya untuk melakukan pelecehan seksual.