Merangkum Semua Peristiwa
Indeks
Voi.id  

Asap Polutan Bikin Sesak, .Feast Menolak Senyap

Asap Polutan Bikin Sesak, .Feast Menolak Senyap

JAKARTA – Disebut-sebut berkiblat kepada musisi kawakan Iwan Fals, .Feast kerap meyuarakan perlawanan terhadap segala hal yang menyimpang di setiap aspek kehidupan. Disesaki oleh asap polutan, dihantui ketakutan atas perubahan iklim, mereka kembali bersuara lewat single bertajuk Tarian Penghancur Raya. 

Single ini membahas hubungan antara manusia dengan alam, budaya, dan segala sesuatu yang dilahirkan oleh pertiwi jauh sebelum masyarakat menapaki bumi. Menggambarkan kekecewaan terhadap kegagalan upaya masyarakat dalam menanggapi perubahan lingkungan (baik alam dan budaya) secara bijak, juga kekecewaan terhadap diri sendiri yang hipokrit dalam menjadi konsumen budaya dan produk.

“Berkaca ke banyaknya berita-berita tidak mengenakkan perihal kerusakan lingkungan dan ancaman kelangsungan untuk berbagai warisan budaya Indonesia belakangan ini, rasanya Tarian Penghancur Raya menjadi sebuah lagu yang relevan untuk dirilis sekarang,” kata vokalis Baskara Putra dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Senin, 11 November.  

Lagu ini, lanjut Baskara, ditulis bukan hanya sebagai sebuah kritik terhadap keadaan secara umum, namun juga kepada diri mereka sendiri.

“Kita berlomba-lomba merusak seluruhnya yang asli dan asri, entah demi apa,” tandasnya.

Seolah mengajak pendengarnya menari merespons tentang kondisi lingkungan saat ini. Baskara bersama Adnan S.P (gitar), Dicky (gitar), Fikriawan (bass), dan Haryo ‘Bodat’ (drum) mencoba mengeksplorasi suara tetabuhan dalam Tarian Penghancur Raya dengan menyuguhkan suara gamelan pada bagian intronya.

Tapi, ciri khas .Feast seperti sound gitar yang bluesy masih terdengar nyata. Departemen bass yang kali ini dieksplorasi dengan menggunakan sub bass juga masih familiar progresinya. Pun demikian dengan vokal Baskara yang masih sangat lugas menyuarakan lirik-lirik sarat isu kritik sosial.

Melalui Tarian Penghancur Raya, .Feast menyadarkan kita bahwa musik adalah senjata berbahaya. Mereka akan terus bersuara, seperti saat mengumandangkan Peradaban, Berita Kehilangan, dan Dalam Hitungan. Ya, .Feast menolak senyap seolah tak berdaya.