TRIBUNNEWS.COM – Perang Saudara di Suriah, yang berlangsung selama 13 tahun.
Konflik yang berlangsung begitu lama ini telah menciptakan dampak yang mendalam.
Ratusan ribu nyawa melayang, jutaan orang jadi pengungsi, dan perpecahan besar di dalam negara.
Dalam artikel ini, kita akan melihat beberapa peristiwa kunci yang telah menjadi titik balik dalam konflik yang berkepanjangan ini.
1. Maret 2011: Aksi Protes Damai yang Berubah Menjadi Pemberontakan
Perang ini bermula pada Maret 2011, ketika aksi protes damai meletus di Damaskus dan Deraa.
Masyarakat menginginkan reformasi, tetapi pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad merespons dengan tindakan keras.
Tindakan ini akhirnya memicu pemberontakan bersenjata, menandai awal dari konflik yang brutal ini.
2. Juli 2012: Pertempuran Aleppo dan Eskalasi Konflik
Konflik semakin memanas pada Juli 2012 dengan Pertempuran Aleppo, di mana pasukan oposisi berhasil merebut sebagian besar kota tersebut.
Meskipun tentara Suriah mampu merebut kembali Aleppo empat tahun kemudian, pertarungan ini menunjukkan intensitas konflik yang semakin meningkat.
3. Agustus 2013: Serangan Senjata Kimia yang Menciptakan Kecaman Internasional
Satu peristiwa yang sangat mencolok terjadi pada Agustus 2013, ketika serangan senjata kimia di Ghouta Timur menewaskan ratusan warga sipil.
Tragedi ini memicu kecaman internasional yang meluas dan memaksa Suriah untuk setuju menghancurkan persediaan senjata kimianya, meskipun banyak pihak skeptis akan kepatuhan tersebut.
4. Juni 2014: Kebangkitan ISIS di Suriah
Krisis semakin rumit dengan munculnya ISIS pada Juni 2014, ketika kelompok ini mendeklarasikan kekhalifahan di Suriah dan Irak setelah menguasai sebagian besar wilayah Raqqa.
Raqqa kemudian menjadi ibu kota de facto ISIS di Suriah, dan kekuasaan mereka bertahan hingga 2019.
5. September 2015: Intervensi Rusia yang Mengubah Arah Konflik
Intervensi Rusia yang dimulai pada September 2015 menjadi momen penting dalam konflik ini.
Rusia melancarkan operasi militer untuk mendukung pemerintahan al-Assad, dan serangan udara mereka membantu mengubah arah pertempuran mendukung pasukan pemerintah.
6. April 2017: Serangan Militer AS terhadap Suriah
Keterlibatan internasional semakin mendalam pada April 2017, ketika Amerika Serikat meluncurkan serangan rudal terhadap target pemerintah Suriah sebagai respons terhadap serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun.
Ini merupakan aksi militer langsung pertama AS terhadap pasukan al-Assad, yang menambah ketegangan dalam konflik ini.
7. November 2021: Kebekuan Konflik
Setelah bertahun-tahun pertempuran yang intens, konflik di Suriah sebagian besar menjadi beku selama empat tahun terakhir.
Namun, kelompok bersenjata kembali melancarkan operasi dari Idlib pada 27 November 2021, menandakan bahwa meskipun ada penurunan intensitas, konflik belum sepenuhnya berakhir.
Perang Saudara di Suriah bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan juga pelajaran penting tentang dampak dari konflik berkepanjangan terhadap masyarakat dan dunia.
Dengan ratusan ribu jiwa yang hilang dan jutaan pengungsi, penting bagi komunitas internasional untuk terus memperhatikan perkembangan di kawasan ini.
8. Desember 2024: Jatuhnya Rezim Assad
Pemberontak Suriah mengumumkan rezim Presiden Bashar Al Assad yang telah berkuasa selama 24 tahun berakhir usai menduduki ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi.
“Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata para pemberontak dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pemberontak mengumumkan bahwa mereka berhasil “merebut” dan menduduki ibu kota Damaskus, dan Presiden Assad telah keluar dari Suriah.
“Kami mengumumkan akhir dari era kegelapan dan dimulainya era baru Suriah. Di era baru Suriah, semua orang berdampingan dengan damai, keadilan ditegakkan, dan kebenaran ditetapkan,” bunyi pernyataan pemberontak.
Dikutip dari CNN, pemberontak juga mengeklaim berhasil “membebaskan ibu kota Damaskus dari Bashar Al Assad.”
“Kami mendeklarasikan Kota Damaskus bebas dari tirani Bashar Al Assad. Untuk orang-orang yang terusir di dunia, sebuah Suriah yang bebas menunggu kalian semua,” bunyi pernyataan pemberontak di saluran Telegram mereka.
Pengumuman ini muncul setelah pemberontak berhasil merangsek masuk menduduki ibu kota Damaskus dalam 24 jam terakhir.
Sejumlah video yang beredar di media social memperlihatkan ribuan warga turun ke jalan bersuka cita.
Salah satu video memperlihatkan ribuan orang berkumpul di Ummayad Square, berdiri di tank-tank militer pasukan Assad yang ditinggalkan sambil bernyanyi.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)