TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu (7/12/2024), Israel mengambil langkah signifikan dengan membebaskan 18 warga Palestina dari berbagai penjara.
Warga Palestina ini segera dipindahkan ke rumah sakit pemerintah di Gaza selatan untuk menjalani pemeriksaan medis, Middle East Monitor melaporkan.
Langkah ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi fisik mereka, yang sebelumnya menunjukkan indikasi penyiksaan dan kekerasan.
Menurut laporan Anadolu Agency, sebuah sumber medis dari Rumah Sakit Eropa Gaza menyatakan bahwa para warga Palestina yang dibebaskan telah dipindahkan ke rumah sakit untuk pemeriksaan.
Tindakan ini bukan tanpa alasan; beberapa bulan terakhir, banyak tahanan yang dilepaskan dalam kondisi kesehatan yang memprihatinkan.
Kesaksian dari tahanan yang telah dibebaskan sebelum ini mengungkapkan bahwa mereka mengalami pemukulan, penyiksaan, penghinaan, dan interogasi selama penahanan mereka.
Kondisi yang dialami oleh para tahanan ini menjadi perhatian serius, mengingat banyak di antara mereka yang tidak mendapatkan perawatan yang layak.
Sejak serangan darat yang dimulai pada 27 Oktober, militer Israel telah menahan ribuan warga Palestina, termasuk wanita, anak-anak, pekerja kesehatan, dan personel pertahanan sipil.
Meskipun sejumlah kecil dari mereka telah dibebaskan, nasib banyak tahanan lainnya masih tidak diketahui.
Israel telah terlibat dalam konflik yang terus berlanjut di Jalur Gaza, yang mengakibatkan lebih dari 44.600 kematian, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Situasi ini mengundang banyak perhatian dan kecaman internasional.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional terkait perangnya di Gaza.
Kejadian-kejadian ini menimbulkan banyak tanda tanya di tingkat internasional mengenai keadilan dan hak asasi manusia.
Banyak pihak mengecam tindakan kekerasan yang terus berlanjut dan menuntut pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang terlibat.
Lebih dari 4.000 orang diamputasi di Gaza
Mohammad Abu Salmiya, Direktur Rumah Sakit al-Shifa, mengatakan dalam sebuah konferensi yang diadakan untuk memperingati Hari Internasional Penyandang Disabilitas di Kompleks Medis Nasser di Gaza selatan, bahwa “mayoritas dari mereka yang kehilangan anggota tubuh adalah anak-anak”.
“Lebih dari 4.000 orang telah diamputasi anggota tubuh bagian atas atau bawah sejak dimulainya genosida,” katanya.
Ia menambahkan bahwa lebih dari 2.000 orang dengan cedera tulang belakang dan otak kini terbaring di tempat tidur dan sangat membutuhkan rehabilitasi.
Ribuan orang lainnya menderita gangguan pendengaran dan penglihatan akibat pemboman yang tiada henti, tambahnya.
Kelaparan dan penyakit merajalela di Gaza
Krisis kemanusiaan di Gaza makin memburuk dari hari ke hari dan “rintangan” dalam penyediaan bantuan harus disingkirkan, kata kepala UNRWA Philippe Lazzarini.
“Kita kehabisan kata-kata. Kelaparan dan penyakit merajalela,” katanya dalam sebuah posting di X, mengomentari posting oleh anggota parlemen Partai Buruh Inggris Annaliese Dodd, yang menyebut situasi di Gaza “tidak dapat ditoleransi”.
“Kini saatnya bagi semua pihak untuk mendukung UNRWA – tulang punggung operasi bantuan internasional di Gaza,” imbuh Lazzarini.
UNRWA, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina, mengatakan pada tanggal 1 Desember bahwa mereka telah menghentikan pengiriman bantuan melalui penyeberangan Karem Abu Salem (dikenal sebagai Kerem Shalom oleh orang Israel) antara Israel dan Gaza karena masalah keamanan yang mereka salahkan pada Israel.
Serangan Israel memutus aliran listrik
Rumah Sakit Kamal Adwan telah terputus aliran listriknya sepenuhnya setelah serangan Israel berulang kali terhadap generator utama dan tangki bahan bakar di rumah sakit tersebut.
Tim medis di sana telah menyatakan keprihatinan yang mendalam atas memburuknya kondisi pasien di unit perawatan intensif dan orang-orang yang terluka yang sangat membutuhkan perawatan medis tingkat lanjut.
Rumah sakit tersebut saat ini terperangkap dalam cengkeraman operasi militer yang sedang berlangsung di wilayah utara Gaza yang semakin meningkat dari hari ke hari tanpa ada henti di lapangan.
Mereka telah menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera bertindak dan memberi mereka perlindungan.
Tetapi bagian utara Gaza telah menjadi sasaran operasi militer tanpa henti yang telah mengubah sebagian besar fasilitas medis, bersama dengan infrastruktur sipil, menjadi puing-puing.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)