Jakarta –
Kereta cepat, sesuai namanya, mampu meluncur dengan laju sangat tinggi sehingga jarak tempuh antar kota dapat dijangkau dalam waktu singkat.
Sebagai contoh, Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh yang mulai beroperasi pada Oktober 2023 silam bisa melaju dengan kecepatan maksimal 350 km/jam.
Meski ngebut, jenis kereta ini aman digunakan dan jadi transportasi pilihan banyak orang. Kira-kira, kenapa ya kereta cepat bisa melesat dengan kecepatan tinggi tapi tetap aman digunakan?
Alasan Kereta Cepat Bisa Ngebut Tapi Tetap Aman
Alasan kereta cepat dapat melaju sangat cepat karena rasio daya terhadap beratnya sangat besar sehingga akselerasinya tinggi. Hal ini diungkap Dr Adhi Dharma Permana selaku peneliti di Pusat Riset Teknologi Transportasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Sederhananya, kereta cepat bisa sedemikian cepatnya karena rasio power to weight atau rasio daya terhadap beratnya itu sangat besar,” ujar Dr Adhi dalam live Eureka! ‘Kereta Canggih Dunia’, dikutip dari catatan detikcom.
“Bisa mencapai 350 km dalam waktu mungkin misalnya 5-10 menit. Jadi akselerasinya sangat tinggi. Jadi, kira-kira kurang lebih di atas 20 kilowatt per ton rasio power to weight-nya itu,” lanjutnya.
Bukan cuma itu, ada sejumlah faktor lain yang menunjang kereta sehingga meluncur dengan cepat. Menurut Dr Adhi, kereta ini tidak lepas dari dua hal yakni sarana (rolling stock) dan prasarana (infrastructure). Termasuk sistem rel, jembatan, hingga terowongan.
“Itu semua membuat kesatuan. Kalau kita lihat di sisi rolling stock-nya, untuk mencapai akselerasi yang tinggi, dia akan menyesuaikan agar hambatan atau aerodinamiknya itu serendah mungkin,” katanya.
Desain Moncong Mempengaruhi Laju Kereta Cepat
Upaya antisipasi keselamatan juga diperhatikan supaya kereta cepat aman digunakan. Salah satunya terlihat dari bagian depan kereta cepat yang kebanyakan didesain bak moncong bebek yang panjang.
“Desain ini terkait unsur keselamatan, di samping unsur aerodinamika. Ada juga unsur peredam kalau misalnya terjadi suatu kecelakaan. Jadi itu semacam absorbent yang menyerap energi yang ditumbukkan,” papar Dr Adhi.
Selain itu, sistem propulsi atau penggeraknya yang berkaitan dengan keseluruhan bodi kereta juga perlu diperhatikan. Termasuk sistem kelistrikan kereta karena kereta cepat mengandalkan listrik aliran atas sebagai bahan bakarnya.
“Termasuk roda, rem, sistem elektrik motornya agar berdaya tinggi tapi juga ringan, hemat energi, tidak cepat panas, dan sebagainya. Jadi ada berbagai hal,” jelasnya.
“Bagaimana dia kontak dengan catu dayanya. Jadi supaya pantograf dan listrik aliran atas itu tetap menempel atau memberikan kontak sehingga mampu menyalurkan daya listrik. Karena kereta listrik itu tidak membawa bahan bakarnya sendiri, dia mengandalkan listrik aliran atas yang menjadi sumber energinya,” tambah periset di BRIN itu.
Sistem kendali dan instrumentasi juga yang memungkinkan kereta mengendalikan dan mengadopsi sensor. Karena itu, kereta cepat tidak bisa lepas dan harus terhubung dengan kontrol stasiunnya.
“Semua sistem ini selalu dibuat redundant, overlapping (berulang). Jadi kalau misalnya ada yang malfunction (tidak berfungsi), dia harus bisa meng-cover sistem lain yang mengalami kegagalan,” kata Dr Adhi.
Sistem keamanan bagi lingkungan sekitar dan keselamatan penumpang maupun operator juga merupakan faktor penting sehingga kereta ini mampu ngebut dengan aman.
Dengan kata lain, berbagai aspek teknologi mesti diperhatikan dan dipenuhi dalam pengadaan transportasi umum seperti kereta cepat. Dengan begitu, kereta cepat dapat melaju tinggi tetapi teman aman digunakan penumpang.
(azn/fds)