Tel Aviv –
Militer Israel melarang warga sipil Lebanon untuk kembali puluhan desa perbatasan ke wilayah selatan negara tersebut, hingga pemberitahuan lebih lanjut, setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah diberlakukan.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan via media sosial, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (29/11/2024), meminta warga sipil Lebanon untuk tidak kembali ke lebih dari 60 desa yang ada di wilayah selatan negara itu, yang berbatasan dengan Israel.
Disebutkan Adraee bahwa siapa pun yang bergerak ke wilayah selatan Lebanon, melebihi garis batas yang ditentukan, akan “menempatkan diri mereka dalam bahaya”.
Larangan ini diumumkan setelah militer Israel mengatakan pasukannya melepaskan tembakan, pada Kamis (28/11), ke arah apa yang mereka sebut sebagai “para tersangka” dengan kendaraan yang tiba di beberapa area di zona selatan Lebanon.
Militer Tel Aviv menyebut pergerakan semacam itu telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sedang diberlakukan di Lebanon.
Militer Israel juga mengumumkan telah menggempur fasilitas senjata Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan, setelah mengidentifikasi apa yang mereka sebut sebagai “aktivitas teroris”. Ini merupakan serangan pertama Tel Aviv di Lebanon sejak gencatan senjata berlaku mulai Rabu (27/11) pagi.
“Aktivitas teroris teridentifikasi di fasilitas yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah di Lebanon bagian selatan,” sebut militer Israel dalam pernyataannya, sembari menyebut “ancaman tersebut telah digagalkan” oleh Angkatan Udaranya.