Liputan6.com, Surabaya Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli menyebut bahwa praktisi ergonomi dapat memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang tak hanya aman dan nyaman, tetapi juga mendorong produktivitas dan efisiensi lebih tinggi.
“Saya lihat ergonomi tak hanya membatasi K3, kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, tetapi keilmuan ini dapat dikaitkan meningkatkan produktivitas, value added, daya saing, dan kinerja para individu, tetapi juga pandangan lebih makro di sektor industri,” sebutnya.
Menaker Yassierli pun meminta praktisi ergonomi dapat memperluas horizon dari riset atau kajian lebih makro menghadapi tantangan ketenagakerjaan yang kompleks. Ia menyebut, hal itu bisa mencakup mulai dari rendahnya pendidikan dan produktivitas tenaga kerja Indonesia, maupun tingginya lapangan kerja sektor informal.
“Kalau kita terus berkutat dalam memantau mikro saat membahas konteks makro, maka intervensi yang sifatmya mikro menjadi tak substansial,” ujarnya.
“Sehebat apa pun mendesain konsep K3 yang lebih safe dalam tataran mikro, ketika abai dalam konteks makro, maka intervensi kita menjadi tak signifikan,” jelas Menaker Yassierli.