Liputan6.com, Jakarta Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS Nailul Huda, mengatakan penipuan dalam sektor jasa keuangan, terutama yang berhubungan dengan keuangan digital, semakin marak di Indonesia.
Salah satu penyebab utama di balik semakin berkembangnya modus penipuan di bidang ini adalah masih rendahnya literasi keuangan.
“Penipuan jasa keuangan ini yang jelas sangat terkait dnegan literasi keuangan. Literasi keuangan masyarakat kita masih cukup rendah. Terutama kalau kita lihat untuk penipuan-penipuan dibidang keuangan yang berkaitan dengan keuangan digital. Karena literasi keuangan kita juga masih rendah,” kata Nailul Huda kepada Liputan6.com, Kamis (28/11/2024).
Menurut Huda, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Kondisi ini menjadi celah yang dimanfaatkan oleh para penipu yang menawarkan iming-iming keuntungan yang tidak realistis, seperti “keuntungan 30-70 persen per bulan”.
Tidak Logis
Angka tersebut jelas tidak logis dalam dunia investasi yang sehat. Namun, banyak masyarakat yang terjebak karena ketidaktahuan mereka tentang produk keuangan digital yang mereka gunakan. Mereka juga cenderung tergoda untuk menampilkan gaya hidup konsumtif atau “flexing” di media sosial, yang sering kali dimanfaatkan oleh pelaku penipuan.
“Hal ini menjadi celah bagi oknum-oknum penipu-penipu yang memanfaatkan kondisi masyarakat Indonesia yang buta jasa keuangan kita, keuangan digital kita, karena mereka pasti akan melihat oh ini karalteristik masyarakat Indonesia suka flexing, dan pada akhirnya ini akan menjadi pintu masuk utama para penipu,” ujarnya.