Kritikan Musk ini sejalan dengan dorongannya dan co-leader DOGE Vivek Ramaswamy untuk melakukan reformasi belanja federal AS secara menyeluruh. Tujuan ambisius mereka adalah memotong anggaran federal setidaknya US$ 2 triliun telah menempatkan Pentagon di bawah pengawasan khusus.
Jet tempur F-35 Lightning II Joint Strike Fighter, yang dikembangkan oleh Lockheed Martin, merupakan program senjata paling mahal dan paling ambisius dari Pentagon atau Departemen Pertahanan AS.
Meskipun menuai pujian sebagai program yang paling penting bagi keamanan nasional AS, program jet siluman F-35 menuai banyak kritikan karena melonjaknya biaya dan banyaknya penundaan. Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS memperkirakan biaya seumur hidup program ini mencapai lebih dari US$ 2 triliun, yang menjadikannya sebagai proyek militer paling mahal dalam sejarah.
Drone atau UAV memang memainkan peran penting dalam perang modern, khususnya di Ukraina, di mana drone berperan penting dalam melawan pasukan Rusia.
Musk yang sejak lama mendukung penggantian jet tempur berawak dengan drone, berpendapat bahwa UAV — baik yang dikendalikan dari jarak jauh atau otonom — menawarkan presisi yang lebih baik dan menghilangkan risiko yang dihadapi oleh pilot manusia. Dia sering membahas peran tersebut.
Terlepas dari kritikan Musk, jet siluman F-35 dibela oleh para pendukungnya. Para pakar militer menyoroti kinerja jet siluman itu dalam pertempuran dunia nyata, menyinggung penggunaannya oleh jet tempur varian F-35I Adir Israel saat menyerang aset militer Iran dan menetralisir pertahanan udara canggih buatan Rusia.
Juru bicara Pentagon untuk program F-35 membela nilai jet tempur siluman tersebut. “Kita memiliki pesawat berkemampuan tempur yang beroperasi saat ini, dan mereka memiliki kinerja sangat baik melawan ancaman yang dirancang untuk mereka. Para pilot terus menekankan bahwa ini ada jet tempur yang ingin mereka terbangkan saat perang jika diperlukan,” jelasnya.
(nvc/ita)