Garut: Program pertanian dataran tinggi atau Upland disebut berkontribusi besar meningkatkan pendapatan petani di Garut, Jawa Barat, sejak 2021.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman melaporkan program Upland telah mengembangkan total 200 hektare lahan di empat desa; Sukawargi 100 hektare, Cikanang 30 hektare, Simpang 40 hektare, dan Margamulya 40 hektare.
“Proyek Upland telah meningkatkan pendapatan petani, sehingga mereka kini lebih mandiri secara ekonomi,” kata Haeruman dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
Proyek ini bertujuan menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani. Dukungan infrastruktur, seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkler, dan ternak domba, menjadi faktor pendukung keberhasilan proyek ini.
Ia berharap program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, tetap terjaga melalui pengelolaan berbasis peraturan desa (Perdes).
“Dengan kontribusi petani dan keberlanjutan infrastruktur, potensi kentang di Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional,” ungkapnya.
Upland merupakan program hasil kerja sama pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Tim IFAD melaksanakan supervisi untuk meninjau progres pelaksanaan Upland di Garut yang dimulai pada 2021. Kegiatan ini bertujuan memastikan efektivitas program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah dataran tinggi.
Anggota Tim Supervisi Misi IFAD, Rahmi Khalida, menjelaskan bahwa evaluasi difokuskan pada komponen peningkatan produktivitas dan fasilitas pendukung yang telah diterapkan.
“Kami ingin memastikan infrastruktur, manajemen lahan, serta sarana seperti gudang, jalan usaha tani, dan alat transportasi seperti truk telah berjalan optimal dan dimanfaatkan oleh penerima manfaat,” ujar Rahmi.
Program Upland berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani dataran tinggi, khususnya melalui budidaya tanaman seperti kentang. Namun, sejumlah tantangan utama mengemuka, salah satunya perubahan pola tanam dari petani kentang konsumsi menjadi penangkar benih. Proses ini membutuhkan komitmen untuk mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Kestabilan harga juga masih menjadi kendala.
“Meski koperasi telah berjalan selama setahun, diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan petani agar mau menjual hasil produksi kepada koperasi,” beber Rahmi.
Seiring dengan fokus pemerintah pada ketahanan dan swasembada pangan, Rahmi menyoroti potensi besar pertanian dataran tinggi. Dengan dukungan iklim dan kesuburan tanah, kawasan ini dinilai sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.
“Akan sangat disayangkan jika program ini tidak berkesinambungan dengan agenda pemerintah,” ungkap Rahmi.
Rahmi juga menegaskan alasan Indonesia dipilih sebagai lokasi implementasi program Upland. Indonesia telah lama menjadi anggota IFAD. “Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di sektor pertanian, program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujar Rahmi.
Garut: Program pertanian dataran tinggi atau Upland disebut berkontribusi besar meningkatkan pendapatan petani di Garut, Jawa Barat, sejak 2021.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman melaporkan program Upland telah mengembangkan total 200 hektare lahan di empat desa; Sukawargi 100 hektare, Cikanang 30 hektare, Simpang 40 hektare, dan Margamulya 40 hektare.
“Proyek Upland telah meningkatkan pendapatan petani, sehingga mereka kini lebih mandiri secara ekonomi,” kata Haeruman dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
Proyek ini bertujuan menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani. Dukungan infrastruktur, seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkler, dan ternak domba, menjadi faktor pendukung keberhasilan proyek ini.
Ia berharap program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, tetap terjaga melalui pengelolaan berbasis peraturan desa (Perdes).
“Dengan kontribusi petani dan keberlanjutan infrastruktur, potensi kentang di Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional,” ungkapnya.
Upland merupakan program hasil kerja sama pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Tim IFAD melaksanakan supervisi untuk meninjau progres pelaksanaan Upland di Garut yang dimulai pada 2021. Kegiatan ini bertujuan memastikan efektivitas program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah dataran tinggi.
Anggota Tim Supervisi Misi IFAD, Rahmi Khalida, menjelaskan bahwa evaluasi difokuskan pada komponen peningkatan produktivitas dan fasilitas pendukung yang telah diterapkan.
“Kami ingin memastikan infrastruktur, manajemen lahan, serta sarana seperti gudang, jalan usaha tani, dan alat transportasi seperti truk telah berjalan optimal dan dimanfaatkan oleh penerima manfaat,” ujar Rahmi.
Program Upland berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani dataran tinggi, khususnya melalui budidaya tanaman seperti kentang. Namun, sejumlah tantangan utama mengemuka, salah satunya perubahan pola tanam dari petani kentang konsumsi menjadi penangkar benih. Proses ini membutuhkan komitmen untuk mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Kestabilan harga juga masih menjadi kendala.
“Meski koperasi telah berjalan selama setahun, diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan petani agar mau menjual hasil produksi kepada koperasi,” beber Rahmi.
Seiring dengan fokus pemerintah pada ketahanan dan swasembada pangan, Rahmi menyoroti potensi besar pertanian dataran tinggi. Dengan dukungan iklim dan kesuburan tanah, kawasan ini dinilai sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.
“Akan sangat disayangkan jika program ini tidak berkesinambungan dengan agenda pemerintah,” ungkap Rahmi.
Rahmi juga menegaskan alasan Indonesia dipilih sebagai lokasi implementasi program Upland. Indonesia telah lama menjadi anggota IFAD. “Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di sektor pertanian, program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujar Rahmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(DEN)