Houston: Harga minyak dunia mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB), didorong oleh kekhawatiran gangguan pasokan yang berasal dari memburuknya ketegangan dalam perang Rusia-Ukraina, meskipun peningkatan persediaan Amerika Serikat (AS) membatasi kenaikan keseluruhan.
Dikutip dari Investing.com, Jumat, 22 November 2024, minyak mentah Brent naik 1,9 persen menjadi USD74,19 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 2,1 persen menjadi USD70,19 per barel.
Harga minyak naik minggu ini karena penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina terhadap Rusia meningkatkan ketegangan antara kedua negara, memicu kekhawatiran bahwa pasokan minyak dari Moskow dapat terganggu.
Ukraina menembakkan rudal jelajah Inggris ke Rusia pada Rabu, sehari setelah negara itu menembakkan rudal AS. Angkatan udara Kyiv mengatakan Rusia menanggapi pada Kamis pagi, dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua ke Ukraina, pertama kalinya Moskow menggunakan rudal jarak jauh yang begitu kuat selama perang.
Stok minyak AS kebanyakan
Sementara data dari Badan Informasi Energi menunjukkan persediaan AS tumbuh 0,5 juta barel dalam seminggu hingga 15 November, lebih besar dari yang diharapkan.
Yang lebih mengkhawatirkan bagi pasar minyak adalah peningkatan persediaan bensin hampir 2,1 juta barel, yang memicu kekhawatiran permintaan bahan bakar AS mendingin saat musim dingin mendekat.
Harga minyak tetap gelisah karena prospek peningkatan pasokan dan melemahnya permintaan di tahun mendatang, yang menurut beberapa analis akan menyebabkan kelebihan pasokan.
Di sisi lain Badan Energi Internasional mengatakan minggu lalu pasokan minyak akan jauh melebihi permintaan pada 2025, bahkan jika pemotongan OPEC+ tetap ada.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, dan sekutunya, suatu kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu lagi di awal Desember, dimana kartel tersebut mungkin akan menunda peningkatan produksi lagi karena lemahnya permintaan minyak global.
Kelompok produksi minyak tersebut memompa sekitar setengah dari minyak dunia, dan pada awalnya berencana untuk secara bertahap membalikkan pemotongan produksi mulai akhir 2024 dan sepanjang 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(HUS)