Lebih lanjut, Rocky mengungkapkan bahwa potensi Anies untuk dihidupkan kembali akan sangat bergantung pada keikutsertaan partai yang lebih inklusif.
“Atau karena ada ambisi Ridwan Kamil untuk masuk ke Jakarta supaya gampang lompat ke 2029. Tapi saya tetap menganggap bahwa potensi Anies untuk dihidupkan kembali kartunya,” sebutnya.
Rocky menyebut Anies selama ini diasuh oleh kalangan politik Muslim dan terkesan terbatas dalam cakupan dukungannya.
“Ini saya mulai dengan istilah yang mungkin kontroversial. Anies selama ini dikesankan hanya diasuh oleh kalangan muslim politik,” imbuhnya.
Kata Rocky, Anies memberi sinyal bahwa dia bisa menjalankan politik yang inklusif, bukan eksklusif.
“Hanya mungkin terjadi kalau ada Partai yang secara inklusif memasukkan Anies ke dalam wilayah yang lebih sekuler,” tukasnya.
“Anies tahu bahwa itu tidak cukup jadi pemimpin nasional. Jadi Anies memberi sinyal bahwa dia bisa juga menyelenggarakan politiknya bukan secara eksklusif, tapi inklusif,” sambung dia.
Sementara itu, Ridwan Kamil yang awalnya berada dalam posisi yang lebih terbuka, kini semakin terdefinisi sempit sejak bersekutu dengan PKS, yang menjadikannya lebih identik dengan kepentingan politik Islam.
“Ini sebetulnya yang menarik bahwa Ridwan Kamil juga ada di dalam wilayah itu tadinya,” jelasnya.
Rocky juga menyebut taktik Anies lebih canggih dibandingkan dengan PKS
“Ini hal yang harus kita deskripsikan, bahwa taktik Anies lebih canggih dari taktiknya PKS,” tuturnya.
Ia menggambarkan bahwa Ridwan Kamil lebih cocok dikondisikan sebagai bagian dari kepentingan Presiden Jokowi.