Jakarta, Beritasatu.com – PBNU menyoroti adanya tren budaya populer yang dimanfaatkan oleh organisasi terlarang untuk menyebarkan paham yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
“Pendekatan penyebaran paham ini tidak lagi menggunakan metode ceramah konvensional, melainkan dikemas dalam bentuk seminar, workshop, reuni, atau pertemuan skala besar,” ungkap Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU Najih Arromadloni dilansir Antara, Sabtu (16/11/2024).
Ia menekankan pentingnya meningkatkan kewaspadaan demi menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Gus Najih menegaskan perlunya menghidupkan semangat hubbul wathan minal iman atau mencintai tanah air sebagai bagian dari iman, khususnya di kalangan pemuda, untuk memperkuat rasa cinta terhadap bangsa dan negara.
“Mencintai tanah air adalah fitrah manusia dan sejalan dengan ajaran agama. Pada hakikatnya, membela negara juga berarti membela agama,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun hubbul wathan minal iman bukan merupakan redaksi hadis, secara esensi nilai tersebut sejalan dengan ajaran Rasulullah Saw. Oleh karena itu, semangat ini perlu terus digaungkan untuk memperkokoh nasionalisme, terutama di kalangan generasi muda.
“Nasionalisme sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Justru, nasionalisme adalah bagian dari ajaran Islam,” tutur Gus Najih.
Menurutnyaa, pernyataan bahwa nasionalisme tidak memiliki dasar agama adalah pandangan yang dangkal dan sembrono.
Selain itu, Gus Najih menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai langkah menjaga persatuan serta memulihkan esensi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ia menilai masih banyak umat yang belum memahami ajaran kasih sayang dalam Islam, sehingga muncul berbagai penafsiran kaku yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.
Hal ini sering kali menyebabkan intoleransi, kegaduhan, hingga radikalisme yang mengatasnamakan agama. “Kita perlu mengembalikan agama pada jati diri aslinya, yaitu sebagai rahmatan lil alamin, dengan karakter wasatiyah atau moderasi beragama,” jelasnya.
Menurut Gus Najih, moderasi beragama adalah kunci untuk melindungi generasi muda dari pengaruh ideologi transnasional yang berpotensi memicu ekstremisme dan radikalisme. Konsep ini mengajarkan sikap toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap segala bentuk kekerasan atas nama agama.