Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai transaksi ride hailing di Indonesia naik 13% year on year (yoy) menjadi US$ 9 miliar atau Rp 142 triliun tahun ini. Hal tersebut terungkap dalam laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk e-Conomy SEA 2024.
Peningkatan transaksi ojek online (ojol) tersebut disebabkan oleh kenaikan tarif layanan dan bertambahnya jumlah pengemudi.
“Saya tidak tahu kalian di sini merasa hal yang sama atau tidak? Tetapi harga layanan taksi dan ojek online naik sedikit,” ujar Partner Bain and Company Aadarsh Baijal di Kantor Google, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Menurutnya perusahaan seperti Gojek dan Grab masih berkompetisi terkait harga, namun tarif pada umumnya naik sedikit. Hal itu karena perusahaan mengurangi ‘bakar uang’, sehingga tarif taksi dan ojek online alias ojol mulai normal.
Foto: Driver ojek online menunggu orderan di shelter Gojek, Jakarta Pusat, (22/3/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Driver ojek online menunggu orderan di shelter Gojek, Jakarta Pusat, (22/3/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
“Harga sedikit naik, masih ada persaingan yang bagus dengan beberapa pemain baru, yang menciptakan proposisi yang bagus bagi konsumen,” jelas Aadarsh.
“Tetapi rata-rata mereka telah mampu memulihkan sebagian dana yang mereka serap untuk diskon, yang Anda tahu membawa harga kembali ke tingkat yang lebih berkelanjutan,” imbuhnya.
Ia juga melihat faktor jangka pendek lainnya yang mendorong hal ini, pemulihan di sektor transportasi. Selain itu, jumlah pengemudi ojek online juga menjadi faktor pendorong naiknya transaksi.
“Jadi kedua faktor itu dalam jangka pendek sebenarnya membantu kebangkitan sektor ini. Jumlah pengemudi yang cukup, bisa melayani permintaan besar dan karena keadaan membaik, harga kembali naik,” terangnya.
(wur)